Malioboro Di Pagi Hari Siang Hari Dan Malam Hari

Langkah Derofa Jogja yang dikenal sebagai kota gudeg merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia yang ramai dikunjungi wisatawan. Berbagai destinasi ada di kota ini mulai dari wisata budaya, wisata candi, wisata alam, wisata kuliner hingga wisata belanja.

Kali ini gue dan Tomo akan berkunjung ke kota Jogja untuk sekedar refreshing dari rutinitas yang menjemukan  selama ini,

Untuk bisa sampai ke Jogja ada banyak sekali transportasi yang bisa di gunakan seperti pesawat, kereta api, bis dan kendaraan pribadi. Dikarenakan rencana ini merupakan rencana dadakan maka kami sudah kehabisan tiket kereta sehingga kami beralih ke armada transportasi lain yaitu bis.

Kamis pagi tanggal 28 September kami sudah di bis dalam perjalanan menuju Jogja. Tiga hari sebelumnya kami membeli tiket bis melalui aplikasi Traveloka, caranya sangat gampang. Melalui aplikasi Traveloka ini kita bisa memilih operator bus, waktu keberangkatan, harga tiket dan juga terminal keberangkatan sesuai dengan keinginan kita.

Perjalanan dari terminal Kampung Rambutan Jakarta ke terminal Jombor Jogjakarta menempuh waktu sekitar 13 jam. Ini pengalaman pertama gue naik bis menuju Jogja, waktunya benar benar lama dibandingan dengan naik kereta .

Tiket bis Sinar Jaya Jakarta - Jogja dijual dengan harga 190.000 sudah ternasuk makan siang dalam perjalanan.

Tiket bis sudah termasuk makan siang di rest area

Sesampainya di terminal Jombor kami naik taxi online menuju Maliooboro karna hotel kami berada di daerah sana. Namanya Andrea Hotel beralamat di jalan Sosrowijayan yang lokasinya sangat dekat sekali dengan stasiun Tugu dan Jalan Malioboro.

Andrea hotel berlokasi didalam gang

Walau berupa gang tapi di kawasan ini banyak sekali hotel dan penginapan yang cocok untuk backpacker, selain harganya murah suasana nya nyaman dan aman. Setiap hotel juga menyediakan penyewaan motor yang dimulai dari harga 80.000 perhari.

Ada hal menarik yang kami lihat disini yaitu setiap pengendara motor yang lewat di gang ini harus mematikan motor dan menuntun motornya. Kebiasaan yang sangat baik menurut gue supaya orang atau warga tidak terganggu dengan suara motor.

Pagi Hari Di Malioboro

Pagi hari nya kami sengaja bangun pagi dan segera bergegas ke Malioboro sebuah jalan yang sangat terkenal itu, lokasinya sangat dekat sekali dari hotel.

Walau masih pagi tapi aktivitas di daerah sini sudah ramai. Lalu kami menuju ke sebuah tiang bertuliskan Malioboro yang menjadi icon Malioboro dan kota Jogja. Selain kami ada beberapa pengunjung yang berada di situ sambil berfoto foto.

Suasana masih gelap tapi aktivitas warga sudah dimulai, kendaraan mulai banyak yang lalu lalang, tukang becak yang mencari nafkah dengan menjual tenaga sedang nongkrong dibecaknya, penyapu jalanan yang  bertugas membersihkan jalan, kereta api jarak jauh yang segera datang membuat jalanan ditutup, beberapa aktivitas yang kami lihat disini.   

Setelah berfoto di plang Malioboro, kami bergegas ke Tugu Pal Putih atau sering juga disebut Tugu Golong Gilik dimana jaraknya sekitar 300 meter.

Udara pagi yang masih segar dapat kami hirup, kami melewati toko toko yang masih tutup. Di beberapa tempat para penjual gudeg sedang merapikan dagangan nya sambil menunggu pembeli datang,

Tugu PalPutih di pagi hari

Tugu Palputih disaat subuh

Di Tugu Palputih kami beberapa kali mengabadikan moment dengan foto dan video, momen yang mungkin gak akan terulang lagi. Disini ada beberapa wisatawan lain dan beberapa warga yang sedang berolah raga pagi dengan lari dan bersepeda.

Matahari sudah mulai menunjukkan sinarnya, kami berlalu ke warung soto yang berada di area Tugu, disini kami menikmati suasana pagi ditemani semangkok soto ayam. 

Saat kembali ke hotel suasana jalan sudah ramai dengan bermacam macam aktivitas warga. Kami melewati sebuah antrian panjang yang ternyata itu adalah antrian gudeg nya Mbah Lindu yang terkenal itu, walau Mbah Lindu sudah meninggal usahanya diteruskan oleh anaknya dan tetap saja ramai di datangi pengunjung.

Suasana pagi hari di Malioboro

Siang Hari Di Malioboro

Siang hari nya kami kembali lagi ke Malioboro karna kami hendak ke Keraton mengunjungi tempat kediaman Sultan beserta keluarganya.

Jalan Maloboro yang beberapa tahun lalu masih ramai oleh pedagang kaki lima, sekarang sudah bersih dan rapi karna para pedagang tersebut sudah di pindahkan ke Teras Malioboro 1 dan 2 yang masih berada di jalan Malioboro juga,

Jadi sekarang para penjual dan pembeli sudah memiliki tempat sendiri untulk bertransaksi jual beli dan tidak menggangu pejalan kaki lagi di trotoar.

Trotoar Malioboro makin lebar dan sudah ditata dengan baik, beberapa bangku terdapat dibeberapa titik yang bisa di gunakan untuk beristirahat. Beberapa becak dan andong masih bisa ditemui di jalan Malioboro.

Trotoar jalan lebar dan rapi

Di Malioboro masih ada becak dan andong

Suasana Malioboro di siang hari tidak terlalu ramai, aktivitas para pengunjung atau wisatawan tidak terlalu mencoolok seperti di malam hari.

Kami berjalan kaki dari daerah Sosrowijayan menuju Keraton dimana jaraknya cukup jauh, capek nya tidak terasa karna kami benar benar menikmati moment berada disini.

Bersama Abdi Dalem di Keraton Jogja

Halaman luar Keraton

Tapi jangan ditanya betapa teriknya cuaca di siang itu, maklum saja masih berada di musim kemarau.

Malam Hari Di Malioboro

Malam harinya kami kembali lagi ke Malioboro untuk menikmati suasana malam, ternyata disini suasananya sangat ramai, tak hanya oleh para wisatawan saja tapi juga warga lokal yang ingin menighabiskan malam nya di Malioboro.

Antrian panjang terjadi di plang nama Malioboro, para pengunjung terlihat antusias berfoto disini, kami bersyukur tadi pagi sudah berfoto disini jadi tidak usah ikut antrian lagi.

Beberapa pengamen meramaikan suaasana di Malioboro dari pengamen kecrekan sampai pengamen dengan alat musik tradisional dan modern semua ada.

Fyi jalan Malioboro di tutup untuk kendaran bermotor dari jam 6 - 9 malam setiap harinya, sehingga para pengunjung masih bisa berjalan santai tanpa takut kesenggol motor atau mobil.

Jalan ditutup untuk kendaraan bermotor

Malioboro di malam hari semakin ramai dan semakin hidup, banyak aktivitas berlangsung disini termasuk para fotografer jalanan yang mencari rejeki dengan menawarkan jasa memotret para pengunjung.

Namanya Pak Lilik, saat kami sedang duduk santai dia menawarkan kami untuk difoto. Setiap foto yang nantinya akan dipilih dijual sebesar Rp. 5.000 dan tidak ada minimal jumlah foto.

Difotin Pak Lilik fotografer Malioboro

Pak Lilik mengajak kami berfoto di spot yang bagus dan juga mengarahkan gaya kami, hasilnya foto foto yang diambil oleh Pak Lilik sangat bagus dan memuaskan.

Kami sempat ngobrol sebentar dengan Pak Llilik saat memilih foto yang akan diambil, menurut beliau para fotografer yang ada di Malioboro ini memiliki paguyuban sendiri, hanya anggota paguyuban yang bisa menjadi fotografer jalanan di Malioboro.


Angkringan kopi joss Lik Man salah satu angkringan yang terkenal di Malioboro, malam itu kami kesana  tapi kondisinya sangat ramai sehingga tidak kebagian tempat.

Lalu kami pindah ke warung angkringan sebelahnya, walau masih ramai tapi kami dapat tempat untuk lesehan. Kami memilih beberapa menu dan selanjutnya menyantap nasi yang porsinya kecil itu.

Berada di angkringan seperti ini, tidak sekedar makan saja tapi juga menjadi tempat berkumpul dan bersenda gurau bareng sahabat, keluarga sambil menikmati suasana malam.

Bicara soal harga, harga makanan di angkringan yang ada di Malioboro dan sekitarnya sedikit atau jauh lebih mahal dibanding angkringan yang berada di tempat lain tapi kalau soal rasa tidak jauh berbeda kok.

Nah gimana lebih asyik mana, main di Malioboro itu pada pagi hari siang hari atau malam hari?

Comments

Popular Posts