Mendaki Gunung Batu Jonggol : Kalau Takut Mending Mundur?
Langkah Derofa – “Tom, tanggal 19 Juli besok kan tanggal merah, naik gunung yuk” ujar gue melalui telfon ke sahabat gue Tomo.
“Yuk ke Gunung Batu Jonggol aja, penasaran gue sama gunung tersebut” jawab Tomo dengan semangat.
Dari rencana dadakan kaya tahu bulat itu akhirnya hari ini kami dalam perjalanan menuju Gunung Batu yang memiliki ketinggian 875 meter diatas permukaan laut tersebut.
Berlokasi di Desa Sukaharja Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Bogor, gunung ini familiar dengan nama Gunung Batu Jonggol padahal secara administratif karna adanya pemekaran wilayah, Gunung Batu masuk dalam wilayah Kecamatan Sukamakmur bukan Kecamatan Jonggol.
Butuh waktu sekitar dua jam perjalanan dari Jakarta menuju Gunung Batu, tidak susah mencari lokasi nya karna jaman sekarang sudah dimudahkan oleh tekhnologi berupa maps.
Walau jalan yang kami lewati banyak tanjakan nya tapi pemandangan alam sekitar cukup indah berupa sawah sawah yang menghijau.
Titik awal pendakian gunung Batu masuk melalui Restoran Ki Demang, sekitar 50 meter dari restoran ini terdapat sebuah warung yang merupakan basecamp pendaki.
Disebelah warung terdapat tempat parkir khusus motor sedangkan untuk mobil bisa parkir di area resto.
Bapak pemilik warung memanggil kami untuk mengisi buku tamu dan membayar registrasi sebesar Rp. 30.000/orang sedang parkir motor dikenakan biaya sebesar Rp. 15.000.
Karna dikelola secara pribadi oleh pemilik lahan maka para pendaki gunung Batu tidak mendapat tiket pendakian resmi. Jadi jika terjadi sesuatu dengan pendaki dalam pendakian maka tidak mendapat jaminan asuransi.
Dari bawah sini terlihat gunung Batu sangat menjulang tinggi dengan dinding batu nya yang sangat dominan sesuai dengan namanya. Tidak ada gunung lain disekitar itu yang bentuk nya menyerupai gunung Batu.
Hal ini yang membuat Tomo penasaran sekali dengan gunung Batu, dengan bentuk nya yang unik dan satu satu nya di daerah tersebut seolah menyimpan misteri didalam nya.
Imajinasi kami mulai mengembara, apakah ini ada hubungan nya dengan konspirasi global hahah.
Sekitar tahun 2015 silam Gunung Batu ini pernah viral yang membuat banyak pengunjung datang kesini karna penasaran dengan keindahan nya. tapi sekian tahun berlalu jumlah pengunjung ke Gunung Batu semakin menurun tidak seramai dulu.
Saat berada di basecamp kami baru tau kalau yang mendaki gunung Batu hari ini sangat sedikit. Selain kami berdua ada satu keluarga yang terdiri dari tiga orang dan sebelum kami sudah ada tiga orang pendaki yang mendaki duluan. Sangat sepi sekali padahal hari ini adalah tanggal merah dimana tempat tempat wisata harusnya ramai dengan pengunjung.
Bapak pemilik warung kemudian mengantar kami ke pintu gerbang pendakian Gunung Batu.
Di awal pendakian kami melewati jalur yang tertutup oleh rumput tinggi dan tanaman lainnya yang artinya jalur tersebut jarang di lewati orang.
Kemudian kami melewati tumpukan batu batu besar yang terlhat estetis. Kami bertanya tanya apakah batu batu besar ini jatuh dari puncak gunung?
Pendakian kami berlanjut melewati camp area yang tidak terlalu luas dan bisa menampung sekitar 10 tenda, lokasinya cukup adem karna terdapat pepohonan rindang.
Dari camp area menuju puncak merupakan jalur terbuka sudah tidak ada pepohonan lagi, jalur semakin mengecil dimana kanan kiri jalur berhadapan langsung dengan jurang.
Dengan jalur sempit begini maka harus bergantian jalan jika berpapasan dengan pendaki lain.
Hampir mendekati puncak jalur yang dihadapi semakin extrim, disini kami terbantu dengan sebuah tali tambang yang sudah disediakan.
Lalu ada sebuah dinding batu yang tegak lurus berada di jalur, kami harus naik keatas melewati batu ini. Sempat deg-degan juga harus mencari pijakan kaki yang pas sambil memegang tali, kalau salah berpijak akibatnya bisa fatal.
Setelah sampai di puncak segala kelelahan terbayar lunas, pemandangan dari puncak Gunung Batu sangat luar biasa. Dari kejauhan terlihat gunung Gede Pangrango dan beberapa gunung kecil lainnya.
Puncak Gunung Batu sangat sempit, tidak bisa menampung banyak orang sedangkan sekeliling nya adalah jurang yang tertutup rumput kering.
Kami jadi teringat omongan bapak pemilik warung tadi yang mengingatkan kami untuk hati hati di puncak apalagi saat berfoto. Menurut si bapak pernah ada pendaki terjatuh dari puncak saat berfoto, pendaki ini melompat tapi terpeleset dan akhirnya tidak tertolong.
Di puncak Gunung Batu tidak terdapat papan nama, hanya ada sebuah tiang untuk bendera. Di sebelah tiang tersebut ada sebuah plang bertuliskan nama seorang korban yang meninggal di Gunung Batu.
Plang ini merupakan pengingat bagi para pendaki bahwa bahaya akan datang jika kita tidak waspada, nyawa bisa melayang jika kita berbuat hal hal konyol.
Kondisi di puncak siang ini cukup sepi hanya ada 10 orang pendaki saja, mungkin karna harga tiket yang mahal dan masa hype nya sudah berlalu menjadi sesepi ini.
Tapi bisa dibayangkan jika gunung Batu dalam kondisi ramai, pasti akan sangat berdesak desakan di puncak dan itu sangat berbahaya.
Jika dilihat dari atas menggunakan drone maka jalur Gunung Batu sangat mengerikan terutama area puncak.
Walau begitu Gunung Batu memiliki view yang cukup bagus dan memiliki beberapa punggungan yang bisa menjadi spot foto yang estetik.
Kalau takut mending mundur saja? mungkin ada orang yang merasakan hal ini ketika melihat jalur Gunung Batu yang lumayan extrem apalagi bagi mereka yang takut ketinggian sama seperti gue.
Tapi ini adalah sebuah tantangan, melawan rasa takut supaya bisa sampai ke puncak dengan selamat dan turun juga dengan selamat.
Dalam setiap perjalanan pasti banyak cerita yang tercipta entah itu lucu maupun menyebalkan termasuk dalam pendakian Gunung Batu ini.
Ceritanya saat sedang beristirahat di jalur kami dilewati dua orang pendaki cewek asal Jakarta, gue dengan ramah menyemangati mereka tapi mereka tidak menjawab apa apa dan terus berjalan.
Saat itu kami berpikir positif mungkin mereka capek atau tidak mau terlalu ramah dengan orang asing seperti kami.
Lalu kami bertemu lagi di puncak dimana saat itu mereka sedang duduk beristrahat, Tomo yang masih positif thinking membuka obrolan terhadap mereka tapi malah dijawab dengan ketus.
Diperlakukan seperti itu Tomo tidak meneruskan obrolan lagi dengan mereka dan mengalihkan pembicaraan dengan satu keluarga yang tadi bareng kami di awal pendakian. Keluarga ini sangat ramah, suka bercanda dan kita saling memberi semangat.
Saat ngobrol tersebut tiba tiba salah satu dari cewek tadi ikutan nyamber dan ujung ujung nya mereka minta di fotoin. Padahal tadi saat disapa dengan ramah mereka sangat cuek tapi giliran ada maunya baru mau negor itupun dengan nada ketus.
Kalau memang tidak mau dekat dengan orang asing setidak nya ketika mereka menyapa dengan ramah maka jawab juga dengan sopan, karna kalian masih butuh bantuan mereka salah satunya mengambil foto kalian.
Karna tergolong pendek maka banyak yang bilang mendaki Gunung Batu butuh waktu satu jam saja untuk sampai ke puncak. Walau begitu jangan pernah meremehkan jalur nya karna cukup menantang, terjal, sempit dan berbahaya.
Selain sempit puncak Gunung Batu tidak memiliki pohon rindang sebagai tempat berteduh dari cuaca yang sangat terik, karna alasan ini kami tidak mau berlama lama di puncak dan segera turun. Lalu kami berhenti di camp area untuk makan siang dengan bekal yang sudah kami bawa dari bawah.
Fyi di Gunung Batu ini tidak ada warung di sepanjang jalur pendakiannya jadi saat melakukan pendakian harap membawa air minum, cemilan atau makanan secukupnya.
Sekarang kami sudah sampai di warung si bapak, dalam perjalanan turun ini kami hanya berpapasan dengan lima orang pendaki saja, benar benar sangat sepi pengunjung. Kondisi ini sangat cocok bagi mereka yang ingin mendaki gunung dengan tenang tanpa keramaian apalagi antri di jalur.
Dan setelah mendaki Gunung Batu gue bisa bilang kalau gunung ini sangat cocok untuk sekedar refreshing atau fun hiking.
Dalam perjalanan pulang dari Gunung Batu. kami mampir ke sebuah warung soto yang berada dekat jembatan yang membelah sungai Ciherang.
Di dekat warung ini ada sebuah papan bertuliskan “mandi sungal” yang sangat mencuri perhatian kami.
Lalu kami bertanya kepada ibu pemilik warung tentang tulisan tersebut saat ibu nya datang mengantar makanan kami. Beliau menjelaskan kalau sungai di sebelah warung tersebut memang dikhususkan bagi pengunjung yang ingin mandi sungai. Cukup membayar Rp. 10.000 saja untuk kendaraan sedangkan untuk orang nya tidak dikenakan biaya lagi.
Selesai makan kami beranjak menuju sungai tersebut, tempatnya sangat adem sekali. Saat itu ada tiga orang pengunjung yang merupakan satu keluarga sedang mandi di sungai.
Kami berjalan lebih keatas dan disini tidak ada siapapun kecuali kami berdua. Sungai nya bersih dari sampah plastik, airnya jernih dan penuh dengan bebatuan besar yang terlihat estetik.
Tidak berlama lama lagi kami langsung menceburkan diri ke sungai yang airnya sangat segar. Apalagi setelah mendaki Gunung Batu dan cuaca panas terik begini, mandi di sungai benar benar membuat badan menjadi relax, Suara air yang mengalir begitu menenangkan jiwa.
Kami cukup lama berada di sungai ini hingga tanpa terasa hari mulai sore dan kami harus segera pulang.
Di pinggir sungai ini terdapat hamparan sawah yang menghijau dan ada sungai kecil yang mengalir disana, suatu pemandangan yang sangat memanjakan mata.





.jpg)


















Comments
Post a Comment