Makan Pinggir Sawah, Main Ke Candi Plaosan Dan Kehujanan Di Malioboro
Langkah Derofa - Setelah menyelesaikan Lava Tour Merapi selama kurang lebih 2 jam, sekarang waktunya untuk makan siang mengisi perut yang sudah lapar.
Kami menuju sebuah rumah makan yang letaknya masih berada dikaki gunung Merapi yang menyuguhkan view menarik bernama Warung Eyup.
Makan Siang Di Pinggir Sawah
Warung Eyup berlokasi di Cangkringan Kabupaten Sleman merupakan salah satu objek wisata kuliner di Jogjakarta yang ramai dikunjungi, terbilang masih baru karna mulai beroperasi pada bulan Januari 2022 lalu.
Tempatnya sangat menarik karna berkonsep tradisional, Warung Eyup memiliki desain bangunan tradisional berupa bangunan Joglo. Pengunjung bisa memilih untuk duduk di area indoor di rumah Joglo ini atau area outdoor yang berada di pinggir sawah.
Karna makan disini ala prasmanan maka kami harus antri untuk mengambil makan yang merupakan masakan rumahan khas Jogja. Menu nya cukup komplit jadi kami bisa memilih menu yang sesuai dengan selera, setelah mengambil makan lalu kami membayar di kasir.
Menu makanan disini ada : Nasi sayur, bubur krecek, lele goreng, telur pindang, telur dadar, tempe, bihun dan aneka minuman.
Daya tarik warung ini adalah menyuguhkan pemandangan alam berupa hamparan sawah hijau yang mengelilingi lokasi warung.
Kami memilih tempat duduk di area outdoor yang berada di pinggir sawah, makan di alam terbuka melihat padi yang menghijau benar benar membuat mata menjadi segar, apalagi cuaca juga tidak terik.
Jika dilihat dari atas menggunakan drone pasti pemandangan disini terlihat lebih indah lagi.
Berkunjung Lagi Ke Candi Plaosan
Setelah makan siang dan beristirahat sejenak termasuk Sholat, kami kembali naik bis menuju destinasi selanjut nya yaitu Candi Plaosan yang ada di Klaten Jawa Tengah.
Candi Plaosan yang berada tak jauh dari Candi Prambanan ini merupakan salah satu candi tercantik dan juga menyimpan cerita menarik di balik proses pembangunan nya.
Kedatangan gue kali ini merupakan kunjungan yang ketiga kali setelah pertama di tahun 2017 dan kedua di tahun 2019.
Kali ini ada yang berbeda yang gue rasakan ketika berada di area candi, saat gue naik tangga masuk ke dalam candi ada aturan untuk melepas alas kaki. Aturan ini sangat bagus mengingat candi merupakan bangunan suci untuk agama tertentu. Dan sepertinya aturan ini sudah diberlakukan juga di candi candi lain.
Kami menikmati setiap sudut candi sambil mengabdikan dengan foto dan video, rumput hijau yang ada di pelataran candi sangat menyejukkan mata dan bisa dijadikan tempat bersantai menikmati sore yang tidak terlalu terik.
Sama seperti kunjungan sebelum nya, gue melihat tumpukan batu runtuhan candi yang masih belum direstorasi atau di pugar, tentu hal ini membutuhkan waktu lama untuk menyusun batu batu tersebut menjadi sebuah bangunan utuh berupa candi.
Candi Plaosan yang dibangun sekitar abad 9 masehi ini sering disebut dengan candi kembar karna terdiri dari dua yaitu komplek percandian yaitu Candi Plaosan Kidul dan Candi Plaosan Lor, kedua komplek candi ini letaknya tidak berjauhan hanya dipisahkan oleh jalan kampung.
Dan bangunan candi yang ada di komplek Candi Plaosan Lor cukup banyak dan indah sehingga pengunjung lebih banyak berada di Candi Plaosan Lor.
Di kunjungan gue kali ini ke Candi Plaosan gue baru mengunjungi Candi Plaosan Kidul yang berjarak sekitar 20 meter dari Candi Plaosan Lor. Komplek Candi Plaosan Kidul ternyata lebih kecil dimana bangunan candi yang ada disini tidak sebanyak di Candi Plasosan Lor dan pengunjung juga hampir tidak ada.
Jika dalam kondisi cerah maka gunung Merapi akan terlihat jelas dari Candi Plaosan tapi karna saat itu cuaca lagi mendung hanya samar samar saja terlihat penampakan dari Merapi.
Kehujanan Di Malioboro
Malam hari nya di penginapan kami sudah tidak ada agenda trip lagi, jadi kami bebas mau pergi kemana. Teman teman pada punya acara masing masing dan gue berlima berencana ke Malioboro untuk menikmati malam minggu disana.
Kami memesan taxi online dimana jarak dari penginapan ke Malioboro tidak terlalu jauh, awalnya jalanan masih lancar saja tapi lama kelamaan semakin macet dan tidak bergerak sama sekali, lalu kami memutuskan untuk berjalan kaki saja.
Ternyata penyebab kemacetan Malioboro pada malam itu adalah Festival Barongsai yang diadakan di Titik Nol Kilometer, acara ini dihadiri ribuan orang membuat jalanan menjadi macet dimana mana.
Baru saja kami mendekat di Titik Nol Kilometer tiba tiba hujan turun dengan deras nya, kami segera berteduh di Hamzah Batik yang lokasinya sangat dekat. Hamzah Batik merupakan pusat oleh oleh terbesar di Malioboro dan juga di Jogjakarta.
Aneka macam oleh oleh khas Jogja ada disini, tempatnya juga nyaman dan adem karna memiliki pendingin udara, disini gue membeli beberapa kotak Bakpia untuk dibawa pulang ke rumah sebagai oleh oleh.
Banyak yang berbeda setelah tiga tahun tidak kesini, sekarang sudah tidak ada lagi para pedagang kaki lima yang menjajakan dagangan nya sepanjang Malioboro. Para pedagang tersebut sekarang sudah di pindahkan ke dua lokasi berbeda yang masih berada di jalan Malioboro yaitu di Teras Malioboro 1 dan Teras Malioboro 2.
Saat hujan mulai mereda kami bergegas menuju Teras Malioboro 1 yang merupakan gedung tiga lantai, dimana setiap lantai dipenuhi kios kios yang berjualan aneka macam souvenir dan oleh oleh.
Tujuan kami selanjutnya adalah Monumen Tugu, tapi kami harus berjalan kaki cukup jauh dari tempat kami berada sekarang ini. Kami menyusuri jalan jalan yang dulu dipenuhi para pedagang kaki lima tapi sekarang menjadi rapi dan luas.
Trotoar sudah dilebarin dan kendaraan tidak diperbolehkan melewati jalan Malioboro lagi di jam jam tertentu sehingga pejalan kaki menjadi aman nyaman menikmati malam disini.
Orang orang yang tadinya mengikuti Festival Barongsai mulai bubar membuat keramaian di sepanjang Malioboro, niat hati ingin berfoto di plang jalan bertuliskan Malioboro tapi ada daya pengunjung yang terlalu rame membuat kami mengurungkan niat tersebut dan segera berlalu.
Lalu kami berhenti disebuah warung angkringan yang ada di kawasan Stasiun Tugu, disini kami memesan jahe panas sambil menikmati suasana malam di Malioboro. Walaupun tidak syahdu karna terlalu ramai tapi sudah cukup mengobati rindu akan Jogjakarta selama ini.
Dan tujuan terakhir kami di malam itu adalah Monumen Tugu berhasil kami kunjungi setelah berjalan kaki beberapa kilometer. Monumen ini merupakan ikon dari kota Jogja jadi mumpung lagi disini gak ada salah nya untuk mampir sekedar berfoto.
Walau sudah menjelang tengah malam tapi pengunjung yang ada di Monumen Tugu ini cukup padat, mungkin mereka wisatawan seperti kami atau warga lokal yang sekedar ingin menikmati malam minggu.
Kami sampai di penginapan pada pukul setengah satu malam, dimana saat itu teman teman yang lain sudah pada pulang dan terlelap tidur. Kami adalah rombongan yang pulang paling terakhir, walau capek tapi sangat menikmati.
Dan esok hari kami akan meneruskan trip ke Umbul Ponggok Klaten untuk melakukan foto dibawah air.
















Comments
Post a Comment