Pendakian Atap Jawa Barat : Gunung Ciremai 3.078 Mdpl
Langkah Derofa – “Lu udah ke Ciremai gak di?” tanya gue, “belum pernah” Hadi menjawab. “Kuy ke Ciremai yuk” kata gue dan selanjutnya di jawab “ayo tapi ikut open trip ya”.
Begitulah obrolan singkat dengan teman gue Hadi seorang karyawan stasiun televisi yang hobi naik gunung. Ajakan ini sedikit dadakan kaya tahu bulat, tapi malah kejadian dibanding sesuatu yang direncanakan lama malah gagal.
Singkat cerita, tanggal 18 Juni 2022 pukul 04.30 pagi kami sudah sampai di homestay kang Iwan yang berada di Majalengka. Kami akan mendaki gunung Ciremai melalui jalur Apuy yang ada di Majalengka.
Karna Masih gelap ditambah udara dingin membuat kami meneruskan kembali tidur kami yang sempat tertunda.
Homestay kang Iwan cukup luas, khusus dijadikan tempat singgah bagi para pendaki, sedangkan kang Iwan sendiri dan keluarga tinggal di rumah sebelah.
Rumah rumah warga yang ada didaerah sini cukup modern, sudah tidak terlihat lagi nuansa desa nya.
Gunung Ciremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat sehingga para pendaki memberi nya julukan “Atap Jawa Barat”.
Karna alasan ini pula gue tertarik mendaki gunung Ciremai karna ingin merasakan berada di puncak tertinggi Jawa Barat.
Dengan ketinggian 3.078 meter diatas permukaan laut, gunung Ciremai memiliki beberapa jalur pendakian yaitu jalur Linggarjati, jalur Linggasana, jalur Palutungan dan jalur Apuy. Hanya Apuy yang berlokasi di Kabupaten Majalengka sedangkan tiga jalur lainnya berada di Kabupaten Kuningan.
Jalur Apuy yang akan kami lewati ini merupakan jalur favorit pendaki karna tergolong aman dibanding jalur jalur lainnya.
Tigadewa Adventure adalah open trip yang memandu kami mendaki gunung Ciremai, Trip ini berjumlah 17 orang peserta dengan tour leader nya bernama apip.
Setelah selesai packing dan mandi, lalu kami sarapan sebagai bekal tenaga buat mendaki nanti. Makanan kami disediakan oleh keluarga kang Iwan dan sudah termasuk dalam paket open trip.
Dari homestay kami meneruskan perjalanan dengan mobil bak terbuka atau pick up selama 15 menit menuju basecamp.
Kami dibagi dalam dua trip, ikut bersama kami beberapa orang porter logistik dan tenda yang merupakan warga lokal.
Perjalanan ini cukup mendebarkan karna medan nya menanjak, jalan nya kecil dan kanan kiri jalan merupakan perkebunan warga.
Jika di gunung lain ada yang namanya ojek gunung, maka di Ciremai ada mobil gunung. Jika di gunung lain ojek mengantar pendaki dari basecamp ke pos 1, maka di gunung Ciremai pick up mengantar pendaki dari homestay ke basecamp.
Sesampainya di basecamp, pendaki di wajibkan memeriksa kesehatan dibantu oleh dua orang tenaga kesehatan yang bertugas di sana. Setiap pendaki dikenakan biaya Rp. 20.000 untuk layanan ini.
Dan entah karna kecapean, kurang tidur atau banyak pikiran karna banyak masalah saat itu tensi darah gue lumayan tinggi, hehe.
Typical gunung Ciremai ini hampir sama dengan gunung Gede via Putri dimana vegetasinya rapat dengan pohon tinggi walaupun lebih terjal dari gunung gede.
Mulai dari gerbang pendakian vegetasi sudah mulai rapat, awal pendakian trek masih aman hingga pos 1. Lanjut ke pos 2 jalur mulai menantang dan di pertengahan pos 2 menuju pos 3 tiba tiba hujan turun dengan deras, kami langsung memakai jas hujan yang sudah kami bawa.
Mendaki ditengah hujan seperti ini membutuhkan effort yang luar biasa terutama jalur yang menjadi licin dan sepatu menjadi basah. Ditambah lagi trek yang semakin terjal dan menguras tenaga di setiap pos nya.
Jalur pendakian Apuy ini terdapat shelter yang luas di pos 1 sedangkan warung hanya sampai pos 2 saja.
Kami makan siang di pertengahan pos 3 menuju pos 4, makanan kami sudah disiapkan dari homestay yang juga termasuk dalam paket trip.
Trek dari pos 3 sampai pos 4 didominasi akar akar pohon dan juga tanjakan terjal.
Hujan seakan bermain main dengan kami, sebentar reda sebentar turun yang membuat kami beberapa kali lepas pasang jas hujan. Dan hujan tersebut berlangsung hingga kami sampai di pos 5 camp area.
Salah satu keuntungan dari ikut open trip adalah pendaki tidak terlalu repot membawa peralatan mendaki, cukup membawa perlengkapan pribadi saja selebihnya menjadi tanggung jawab penyelenggara trip.
Ketika tiba di camp area, tenda tenda untuk peserta sudah jadi. Kami langsung masuk dalam tenda untuk ganti baju dan beres beres, tidak lama kami disuguhkan teh panas untuk menghangatkan badan.
Karna masih sore, kami bisa melihat suasana camp yang ketika kami datang belum terlalu ramai. Kami santai santai di tenda menunggu malam datang dan juga makan malam datang.
Dari sini tidak terlihat sunset, apa mungkin berada disisi yang berbeda atau tertutup oleh kabut.
Kami mendengar ada pendaki yang tenda nya diserang sama babi hutan, kebetulan mereka mendirikan tenda jauh dibawah pos 5. Mungkin karna sepi babi tersebut jadi berani padahal itu belum terlalu gelap. Para pendaki tersebut memilih pindah dekat tenda kami dengan tenda nya yang sudah sobek, ternyata di gunung Ciremai ini juga ada babi ganas nya.
Setelah makan malam kami berkumpul dekat api unggun yang dibuat oleh para porter. Mereka menyalakan api unggun untuk menghangatkan diri dari udara dingin malam itu. Kami juga mengeringkan pakaian, sepatu, jas hujan yang basah karna kehujanan tadi.
Fungsi api unggun lainnya adalah memberi efek takut pada babi hutan untuk tidak mendekat ke tenda kami. Dan malam itu para porter tidak tidur sampai kami bangun untuk summit, mereka hanya duduk menghangat kan diri di depan api unggun.
Bulan Juni 2022 sudah memasuki musim kemarau, tapi cuaca di gunung tidak bisa ditebak dan selalu berubah.
Ketika kami memulai pendakian pada hari Sabtu kami sudah diguyur hujan hingga ke pos 5, tapi pada hari minggunya ketika summit bahkan sampai turun lagi ke basecamp tidak turun hujan sama sekali alias cerah.
Pada pukul 04.00 subuh kami memulai pendakian ke puncak, sebelumnya kami mengisi perut dulu dengan burger yang sudah men-dingin hehe.
Perjalanan ke puncak ini melewati satu pos yaitu pos 6 setelah itu langsung ke puncak. Jangan di tanya lagi seperti apa trek menuju puncak, sudah jelas sangat terjal dan menguras tenaga. Berjalan berapa langkah lalu istirahat, berkali kali kami lakukan kami tidak mau terburu buru karna puncak tidak akan kemana mana.
Pos 6 merupakan batas vegetasi, jadi kami bisa melihat pemandangan yang indah dari tempat kami berpijak. Tapi saat itu sebuah tantangan juga buat kami berada di area terbuka, angin bertiup sangat kencang membuat suhu yang sudah dingin semakin dingin.
Bahkan ketika kami sudah sampai puncak angin kencang terus menerpa kami, membuat bibir kami gemetaran ketika berbicara.
Di puncak kami berfoto foto sambil menahan dingin, kami melihat kawah Ciremai yang luar biasa. Dan yang sangat penting mengucap syukur bisa menginjakkan kaki ke Atap Jawa Barat.
Tidak berlama lama di puncak karna angin kencang, kami bergegas turun. Kami melipir ke sebelah kiri dan berjalan ke bawah ke arah Goa Walet.
Dinamakan Goa Walet karna goa ini merupakan sarang burung walet. Disekitar goa terdapat pohon Edelweis walau pohon nya tidak terlalu banyak.
Para pendaki yang kehabisan air bisa mengambil air disini, tetesan air ditampung pada sebuah tempat dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan air minum dan masak.
Di depan goa terdapat lahan yang luas, jika dulu banyak pendaki yang buka tenda disini maka sekarang sudah tidak perbolehkan lagi demi keamanan. Batas mendirikan tenda hanya sampai pos 5 saja.
Harga tiket pendakian sebesar Rp. 50.000 sudah termasuk voucher makan yang dapat ditukar di warung yang sudah ditunjuk di basecamp. Menunya adalah nasi telor dadar dengan tahu tempe, bisa juga dengan menu indomie rebus.
Setelah menyelesaikan pendakian, para pendaki akan diberi sertifikat sebagai bukti telah melakukan pendakian ke gunung Ciremai. Kami pun mendapat sertifikat tersebut dan dipegang oleh satu orang teman kami.
Tapi sayang nya sertifikat tersebut tertinggal di warung basecamp saat kami makan dan beristirahat tadi, dan kami baru sadar dalam perjalanan menuju ibukota hiks hiks
Ada sebuah insiden yang terjadi pada salah satu anggota trip kami ketika perjalanan turun, dia terpeleset pada sebuah jalur antara pos 5 ke pos 4 dan saat itu dia hanya ditemani porter, karna semua tim sudah berjalan duluan dan dia tertinggal di belakang.
Awalnya dia sedikit kesulitan untuk berjalan lagi sehingga sang porter turun duluan untuk memberi tahu tim yang lain sambil mencari bantuan. Teman teman yang berada tidak jauh dari lokasinya kembali lagi kebelakang untuk memberi bantuan. Bersyukur kondisi nya masih bisa berjalan walau perlahan.
Lalu apakah ini bisa disebut sebagai sebuah kelalaian?
Akhirnya tuntas juga mendaki gunung Ciremai atap tertinggi Jawa Barat.
Dimulai dari sini semoga diberi kesempatan untuk mendaki atap atap lain nya.
Waktu Pendakian dari Basecamp hingga Puncak :
Basecamp – Pos 1 : 30 menit
Pos 1 – Pos 2 : 30 menit
Pos 2 – Pos 3 : 1 jam 15 menit
Pos 3 – Pos 4 : 60 menit
Pos 4 – Pos 5 : 1.5 jam
Pos 5 – Pos 6 : 2 jam
Pos 6 – Puncak : 45 menit


























Comments
Post a Comment