Kembali Lagi Ke Gunung Papandayan : Edelweisnya Lagi Mekar

Langkah Derofa – Ini adalah pendakian yang kedua kali ke gunung Papandayan setelah yang pertama kali di tahun 2019 silam. Jika pendakian pertama cuma berdua saja maka pendakian kali ini bertiga dengan dua orang teman yang sangat ingin mendaki gunung Papandayan.


Setelah kembali dari Pangalengan mengunjungi Sunrise Point dan Rumah Pengabdi setan kami langsung bergegas menuju kota Garut. Tujuan kami adalah mendaki gunung Papandayan.

Kalau boleh jujur sebenarnya gue pribadi tidak terlalu tertarik untuk naik gunung Papandayan lagi tapi demi kedua orang teman yang meminta gue jadi guide nya mereka akhirnya gue mau juga.

Kami sudah terlalu sore sampai di Camp David yang merupakan basecamp gunung Papandayan. hal ini diakibatkan perjalanan jauh dari Pangalengan Garut ditambah lagi dengan kemacetan jalan.

Kami seperti kejar kejaran dengan waktu, langsung packing ulang, beberapa barang yang tidak terlalu penting dibawa ke gunung kami tinggal di mobil. Gue tidak mau kalau kami kesorean di jalur, hal ini memang benar benar gue hindari kertika melakukan pendakian.

Sebelum memulai pendakian kami mampir dulu ke warung untuk membeli bekal buat makan malam, kami beli nasi dengan lauknya karna kami tidak akan masak berat saat digunung nanti. Apalagi di Pondok Saladah yang merupakan camp area banyak sekali warung warung yang menyediakan kebutuhan para pendaki.

Pondok Saladah adalah tujuan kami, para pendaki hanya boleh mendirikan tenda sampai lokasi ini. Nah untuk mencapai Pondok Saladah tersebut bisa lewat jalur kawah dan satu lagi lewat Goberhood.

Jika lewat kawah waktu tempuh nya lebih cepat dari jalur Goberhood yang jalurnya seperti melipir tapi karna kedua teman pengen melihat keindahan Papandayan dari berbagai sudut maka kami putuskan lewat jalur Goberhood walaupun waktunya jadi lebih lama. Sedangkan jalur kawah akan kami lewati saat turun nanti sekalian mampir ke hutan mati.


Menjelang maghrib kami sampai juga di Pondok Saladah, gerimis kecil sempat turun walau hanya sebentar, disini puluhan tenda warna warni sudah berdiri.

Berbekal pengalaman saat pertama kali kesini dimana kami mendengar ada tenda yang diseruduk babi hutan maka gue memilih tempat di depan warung dan sama persis dengan tempat kami mendirikan tenda tiga tahun lalu, seperti mengulang masa lalu tapi dengan rekan yang berbeda hehe.


Kenapa gue lebih memilih mendirikan tenda di depan warung, alasan nya adalah warung depan kami itu menyalakan api unggun dimana katanya babi hutan itu takut dengan api, alasan lainnya bapak pemilik warung itu pasti tidak akan tidur karna menjaga warung nya untuk melayani para pembeli, nah jika ada babi yang mendekat maka si bapak akan sigap mengusir dan kami bisa aman dari gangguan bagas atau babi ganas.

Karna sudah mulai gelap kami gerak cepat mendirikan tenda, udara yang dingin sedikit mengganggu konsentrasi kami. Bersyukur nya tetangga tenda kami ikut membantu kami mendirikan tenda sekalian ngobrol mengusir hawa dingin.

Enak nya mendirikan tenda dekat warung jika mau memesan apa tinggal jalan dikit ke warung, jika tidak tahan dingin tinggal menghangatkan diri dekat api yang ada di warung.

Sambil mengarahkan tangan ke api kami ngobrol dengan suami istri pemilik warung, si bapaknya bilang kalau mau ke Tegal Alun yang merupakan padang Edelweys terluas di Papandayan membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Jujur gue pengen banget ke Tegal Alun karna pada saat pendakian pertama kami tidak jadi berangkat karna saat itu tiba tiba hujan turun dengan deras dari siang sampai sore.

Dan keinginan  untuk ke Tegal Alun itu sekarang ini juga harus gue pendam karna terkendala masalah waktu. Its oke lah tidak semua apa yang kita inginkan itu harus kita dapat dalam waktu cepat, mungkin ini artinya  gue harus kembali lagi kesini di lain waktu? Entahlah.

Selanjutnya lagi menurut si bapak jika mau ke puncak gunung Papandayan yang memiliki ketinggian 2.665 mdpl harus ditemani oleh warga lokal atau guide karna jalurnya  jarang dilalui orang dengan vegetasi rapat dan memakan waktu lama sehingga jika tidak ditemani guide atau orang berpengalaman maka kemungkinan pendaki bisa tersesat, resikonya besar sekali.

Selesai ngobrol bersama pemilik warung, kami kembali ke tenda untuk makan malam dan selanjutnya istirahat. Gue yang sangat kecapean malam itu tidur dengan cepat dan benar benar pulas, jarang sekali gue bisa tidur sepulas itu di gunung.

Malam itu hujan gerimis sempat turun tapi itu tidak mengganggu tidur kami, kami juga merasa aman dari babi hutan karna  berasa dijaga oleh bapak pemilik warung.

Sebelum tidur teman gue mengumpulkan peralatan makan dan membersihkan nya dari sisa makanan supaya tidak mengundang si bagas datang karna bau makanan.

Kami sempat melihat juga tenda di belakang kami menggantung logistik mereka ke pohon supaya aman dari jangkauan si Bagas. Hehe. Dan keesokan harinya kami tidak mendengar ada tenda yang dirusak babi hutan disekitar tenda kami.

Pagi nya gue bangun lebih awal dari yang lain dan langsung menuju kamar mandi. Enaknya di gunung Papandayan selain terdapat banyak warung, toilet kamar mandi juga tersedia. Ketika bangun pagi pengen buang air, langsung menuju toilet tidak perlu ke semak semak seperti gunung lain.

Setelah itu gue mengajak kedua teman untuk melihat sunrise, kami berjalan sedikit ke arah bawah melihat sunrise dari arah kawah. Walau matahari tidak terlalu jelas karna kami sedikit telat tapi keindahan cahaya begitu indah untuk dinikmati, biasanya jika berada pada momen seperti ini tanda tanda galau mulai muncul hehe.



Selesai melihat sunrise kami berjalan kearah atas tenda kami untuk melihat edelweis, jadi di pondok Saladah ini terdapat juga sekumpulan pohon Edelweis walau tidak sebanyak di Tegal Alun, pohon nya cukup tinggi dan besar.



Pada saat itu gue sangat bersyukur dan senang sekali bisa melihat Edelweis yang sedang mekar. Warnanya cantik sekali perpaduan antar warna putih dan kuning. Baru kali ini bisa melihat bunga Edelweis yang sudah mekar didepan mata. Benar benar mempesona.  Tapi ingat ya bunga Edelweis itu cuma bisa dilihat tidak untuk dipetik.

 




 



Comments

Popular Posts