Museum Multatuli, Museum Anti Kolonial Pertama Di Indonesia
Langkah Derofa – Eduard Douwes Dekker adalah seorang berkebangsaan Belanda yang juga dikenal dengan nama Multatuli. Beliau seorang tokoh yang memiliki peran penting bagi kemerdekaan Republik Indonesia.
Untuk mengenang jasanya tersebut maka dibuatkan sebuah museum bernama Museum Multatuli yang berada di Rangkasbitung.
Nah jika kalian sedang berada di Rangkasbitung tidak ada salahnya mengunjungi museum ini, lokasinya tidak terlalu jauh dari alun alun kota Rangkasbitung.
Museum yang diresmikan pada tahun 2018 oleh Bupati Lebak ini menempati gedung tua yang dulu berfungsi sebagai kantor sekaligus kediaman Wedana Lebak
Lalu kenapa Museum Douwes Dekker bisa ada di Rangkasbitung? Karna beliau dulu sempat menjabat sebagai asisten residen di Lebak Banten, dan Rangkasbitung termasuk wilayah Lebak Banten.
Multatuli dikenal sebagai penulis buku Max Havelaar, dimana di buku ini dia menulis kritik tentang perlakuan buruk penjajah terhadap orang orang pribumi di Hindia Belanda. Tentu saja hal ini membuat pemerintah Belanda menjadi gerah dan tidak menyukai tindakan Multatuli.
Waktu menjabat sebagai asisten residen, Multatuli melihat penindasan dan kekejaman yang dilakukan penguasa maupun kolonial terhadap rakyat Banten. Dan akhirnya dia mundur dari jabatan tersebut karna tidak tahan dan kecewa dengan tindakan tersebut. Dari situ muncul karya nya yang fenomenal buku Max Havelaar.
Selain buku Max Havelar, Multatuli menulis banyak buku buku lain nya dimana dia menyebarkan gagasan mengenai politik, etika dan filsafat dalam buku bukunya tersebut.
Museum ini berupa gedung berbentuk huruf “T” yang dilengkapi dengan pendopo sebagai tempat pertemuan yang bernuansa tradisional Jawa.
Bagian luar museum terlihat sangat asri karna ditumbuhi oleh pepohonan rindang. Di depan museum ada patung Multatuli yang sedang membaca buku lengkap beserta rak buku di sampingnya.
Lalu akses masuknya di buat semenarik mungkin dengan ornament bambu, supaya pengunjung dapat berfoto dengan senang.
Museum Multatuli memiliki tujuh ruang pamer yang mempunyai benang merah satu dengan yang lain yaitu :
Ruang pertama merangkap sebagai lobi, disini terdapat patung wajah Multatuli dan kutipan kalimat “Tugas Seorang Manusia Adalah Menjadi Manusia”
Ruang kedua, mengisahkan masa awal kedatangan penjelajah Eropa ke Nusantara.
Ruang ketiga, tentang periode tanam paksa dengan fokus budidaya kopi.
Ruang keempat, ruang Multatuli dan pengaruhnya kepada para tokoh gerakan kemerdekaan.
Ruang kelima, menceritakan gerakan perlawanan rakyat Banten dan kemudian gerakan pembebasan Indonesia dari penajajah Belanda.
Ruang keenam, terdiri dari rangkaian kronologis penting di Lebak.
Ruang ketujuh terdiri dari foto mereka yang pernah lahir, menetap serta terinspirasi dari Lebak.
Museum ini menampilkan artefak asli maupun replika yang menjadi sarana bagi pengunjung untuk mengenal sejarah.
Pengunjung dapat menyentuh patung, mencium aroma kopi, pala, cengkeh serta mendengar podcast juga menonton sinema yang disajikan.
Walau disebut Museum Multatuli tapi museum ini bukan museum tentang kisah pribadi Eduard Douwes Dekker, tapi merupakan museum anti kolonial pertama di Indonesia.













Comments
Post a Comment