"PUP" Di Gunung Gimana Caranya? Begini Tipsnya!
Langkah Derofa - Sedikit sharing dari pengalaman gue selama ini ketika melakukan pendakian gunung, ada satu hal yang sebisa mungkin gue hindari dan berharap hal itu tidak tejadi. Sesuatu ini cukup mengganjal atau bahkan menggelikan bagi sebagian orang, apakah itu? BAB alias buang air besar alias PUP.
Kenapa hal ini sangat gue hindari? Ini berawal dari sebuah kejadian yang pernah gue alami saat masih kecil. Pada saat itu gue berkunjung ke sebuah daerah dimana daerah tersebut sebagian besar warganya tidak memiliki kamar mandi dan wc, sehingga kami sebagai tamu yang pada saat itu bermalam harus berjalan ke arah pinggiran hutan untuk buang air besar.
Waktu itu tidak ada pengalaman sama sekali dan tidak membayangkan akan mengalami hal seperti itu, berbekal segayung air segera mencari tempat untuk nongkrong. Dalam keadaan seperti itu perasaan bercampur aduk, kebayang sendiri kan hehe.
Nah dari pengalaman itu gue seperti “Ogah” untuk buang air besar di gunung, apalagi setelah mendengar pengalaman dari teman yang sudah pernah mengalami hal itu, pasti sangat ribet dan repot.
Salah satu cara untuk menghindari BAB di gunung dengan cara mengurangi porsi makan, padahal saat naik gunung tubuh kita membutuhkan banyak asupan kalori agar tetap fit.
Sebenarnya buang air besar digunung itu sesuatu yang wajar dan juga tidak dilarang, bahkan ketika ditunda malah akan menimbulkan penyakit.
Dari situ gue mencari info dan juga sharing dengan teman tentang cara BAB di gunung, tentunya dengan cara yang benar dan bertanggung jawab.
Dan berikut beberapa hal yang harus diperhatikan ketika BAB (buang air besar) di gunung :
1. Persiapkan alat yang akan digunakan
Bawa sekop khusus atau ranting yang digunakan untuk menggali tanah, jangan lupa membawa air dan tisue untuk membersihkan diri (no tissue basah ya).
2. Jangan BAB di jalur pendakian
Karna hal itu sangat mengganggu para pendaki yang sedang berjalan, terganggu dengan baunya atau bahkan tanpa sengaja menginjaknya. Suatu kali pernah melihat kotoran dari orang yang tidak bertanggung jawab dijalur pendakian dan itu sangat menjijikkan.
3. Pilih tempat BAB yang jauh dari sumber air
Air adalah elemen penting bagi kehidupan makhluk hidup, apalagi air di gunung yang merupakan sumber kehidupan bagi pendaki maupun binatang di hutan. Jadi jangan mengotori sumber air tersebut dengan cara memilih tempat BAB yang jauh dari sumber air.
4. Jauh dari lokasi kemah
Agar pendaki tidak terganggu dengan bau menyengat dari kotoran, apalagi jika aktivitas pendaki banyak dilakukan di area situ. Ini juga berlaku ketika buang air kecil ya.
5. Cari lokasi yang landai dan aman
Cari lokasi untuk BAB dengan kondisi tanah landai, mudah digali dan tidak berbahaya seperti pinggir jurang. Pastikan lokasinya aman dari binatang dan aman dari lalu lalang orang sehingga membuat nyaman dan privasi tetap terjaga.
6. Hindari situs yang dihormati penduduk lokal
Beberapa gunung di Indonesia masih ditemui situs situs yang dihormati oleh penduduk lokal atau juga disebut petilasan, nah hindari tempat tempat seperti ini. Menghargai kearifan lokal demi kenyamanan bersama.
7. Gali cukup dalam dan tutup dengan rapi
Gali tanah kira kira sejengkal tangan, lalu tutup lobang dengan rapi setelah BAB. Kemudian beri tanda seperti ranting yang ditancap supaya orang bisa mengenali bahwa di situ sudah ada orang yang buang air besar.
8. Bersihkan diri setelah BAB
Bersihkan diri menggunakan air lalu gunakan tissue untuk mengeringkan, kemudian gunakan hand sanitizer supaya tangan lebih bersih.
*Note : jika ingin BAB di malam hari ada baiknya mengajak teman untuk menemani (dari jauh) agar menghindari hal hal yang tidak diinginkan.
Beberapa point diatas sangat membantu dan menambah pengetahuan gue tentang cara BAB di gunung. Manusia tidak bisa menolak panggilan alam tapi bisa melakukan nya dengan benar dan nyaman.
Dan satu lagi menjadi pecinta alam itu dimulai dari hal kecil terlebih dahulu, salah satunya buang air besar di alam bebas dengan cara yang baik dan bertanggung jawab. Tidak merugikan pihak lain dan tidak mengotori alam.
Salam Lestari!



Comments
Post a Comment