Rumah Panggung Rumah Kakek Di Kampung


Langkah Derofa - Rumah ini dibangun berpuluh puluh tahun silam. Rumah yang dibangun oleh seorang pria yang berprofesi sebagai pegawai negri sipil pada masa nya dengan seorang istri dan memiliki 12 orang anak. 

Keberadaan rumah ini tidak jauh dari bibir pantai sehingga jika dalam keadaan sepi maka deburan ombak akan terdengar jelas dari sini. Sementara tak jauh dari belakang rumah adalah perbukitan yang ditumbuhi oleh pepohonan hijau. Jadi dalam lokasi yang sama dapat menikmati suasana pantai yang panas dan suasana perbukitan yang sejuk. 

Rumah panggung, itulah bentuk dari rumah ini bentuk bangunan klasik dan kuno yang merupakan bangunan awal yang jadi ciri khas rumah warga pada masa itu. Iya pada zamannya kala itu hampir semua rumah dibangun dengan model seperti ini terbuat dari kayu dan berbentuk panggung dengan tonggak besar yang berfungsi menjadi penyangga bangunan. 

Konsep rumah panggung terinsipirasi dari rumah adat didaerah ini yang bentuknya jauh lebih tinggi dan disanggah oleh banyak tiang atau tonggak. 

Oiya bangunan ini tahun gempa loh, terbukti ketika tahun 2005 daerah ini diguncang oleh gempa hebat 8.7 SR, rumah ini tidak mengalami kerusakan parah seperti bangunan sekitarnya yang terbuat dari beton, hanya saja salah satu dari kaki atau tiang penyangganya patah karna dimakan usia tapi masih bisa diperbaiki sehingga bisa menyangga rumah dengan baik. Dari awal dibangun sampai dengan sekarang rumah ini masih mempertahankan bangunan awal, tanpa mengalami banyak renovasi, dan sampai hari ini terbukti masih kokoh berdiri tegak. 

Ada cerita menarik dari sang nenek pemilik rumah yang sekarang sudah almarhum, beliau mengatakan bahwa ketika masih kecil dulu dia sering mendengar cerita dari orang tuanya kalau pada zaman dulu daerah tersebut pernah dilanda oleh air bah yang datang dari laut yang tingginya hamper menyamai pohon kelapa dan kekuatan air bah itu menyapu semua yang dilewatinya termasuk rumah warga. Dan karna alasan itu kenapa pada akhirnya lebih banyak warga mendirikan rumah mereka di perbukitan agar terhindar dari dari air bah yang datang dari laut yang akhirnya dikenal dengan tsunami. 

Dan memang benar daerah ini termasuk rawan dengan bencana gempa dan tsunami. Sehingga rumah berbentuk panggung terbuat dari kayu salah satu cara agar aman dari gempa. Kebanyakan rumah panggung seperti ini memiliki halaman yang luas sehingga bisa ditanami berbagai pohon yang bisa memberi kesejukan bagi pemilik rumah bahkan tak jarang pohon buah buahan ikut ditanam dihalaman rumah. Ada satu kebiasaan warga didaerah ini yaitu ketika sang penghuni rumah meninggal maka jenazahnya akan dikebumikan dihalaman rumah tersebut, termasuk pemilik rumah ini. Tapi kebiasaan itu sekarang sudah jarang dilakukan oleh warga setempat lagi karena keterbatasan lahan. 

Masuk kerumah panggung harus menaiki beberapa anak tangga dulu, rumah ini terdiri dari beberapa bagian yaitu : bagian depan merupakan ruang tamu ruangan terbuka sehingga ketika ada tamu ada acara atau kumpul bersama akan terlihat dari luar. Bagian selanjutnya adalah ruang keluarga yang sifatnya lebih intim dan diruangan ini terdapat dua kamar tidur dibagian kanan dan kiri. Bagian ketiga adalah ruang makan sekaligus ruang bersantai keluarga sambil menonton televisi, diruangan ini juga terdapat dua kamar tidur. Dan bagian terakhir adalah dapur yang bisa dicapai dengan menuruni tangga. Kamar mandi ada dua berada dibelakang rumah, satu kamar mandi yang sumber airnya dari sumur timba dan satu lagi kamar mandi dari air PAM. 

Sedangkan dibelakang rumah terdapat kandang ternak. Rumah ini terlihat biasa saja, tidak diisi dengan perabot mewah dan tidak didandani seperti rumah rumah lain disekitarnya, tampil sederhana dengan mempertahankan konsep bangunan awal. Ada beberapa benda antik yang jadi koleksi dirumah ini seperti jam dinding kuno yang usianya sudah puluhan tahun, kemudian foto foto lama yang menempel di dinding rumah. Dan dibagian dapur ada koleksi dari rahang ternak yang sudah dikumpulkan sekian puluh tahun. 

Walau zaman sudah berlalu, sudah memasuki zaman modern tapi rumah ini masih dipertahankan, bahkan ada amanah dari pemilik awal rumah ini agar anak cucunya tetap menjaga dan merawat rumah ini dengan baik, walaupun rumah dengan model seperti sudah sangat jarang ditemui lagi karna penduduknya sudah beralih ke bangunan modern. Kalaupun ada hanya tersisa satu atau dua saja. 

Ini adalah rumah kakek dan nenek saya, orang tua dari ayah saya. Berada di kota Gunungsitoli Pulau Nias Sumatra Utara. Meskipun usianya sudah puluhan tahun tapi masih berdiri kokoh. Semoga rumah ini tetap dipertahankan dengan baik karna banyak kenangan indah tercipta dirumah ini.

Comments

Popular Posts