Pendakian Gunung Sumbing Jalur Garung : Banyak Deg Degan nya!

Langkah Derofa - “I will try Tom” ujar gue ke Tom saat melihat jalur puncak Rajawali yang sangat menantang itu. Dengan bantuan webing gue harus berjuang untuk bisa sampai tujuan. Ini pengalaman pertama buat gue, khawatir sudah pasti tapi gue harus bisa sampai keatas karna tidak ada pilihan lain.

Oiya, kali ini kami sedang berada di gunung Sumbing yang berada di Wonosobo. Dan pengalaman mendaki gunung tertinggi ketiga di pulau Jawa ini sangat menegangkan mulai dari ojek nya hingga jalur menuju puncak Rajawali nya.

Tujuh Belasan Di Terminal Kampung Rambutan

Ini adalah pendakian pertama kami di tahun 2020 dan juga pendakian pertama di masa pandemik. Kalau boleh jujur ada sedikit kekhawatiran mendaki di situasi seperti ini. Takut bertemu banyak orang yang tidak dikenal dan berada di tempat tempat umum yang ramai dengan orang.

Kami memulai perjalanan dari terminal Kampung Rambutan setelah beberapa hari sebelumnya membeli tiket secara online.

Membeli tiket secara online atau di tempat resmi adalah langkah yang tepat daripada berurusan dengan calo terminal.

Sore itu tanggal 17 Agustus 2020 bertepatan dengan HUT RI yang ke 75, kami sudah berada di terminal Kampung Rambutan menunggu jadwal untuk berangkat.

Saat itu penumpang dalam bis jumlahnya sedikit sehingga banyak bangku yang tidak ada penumpangnya. Jadi kami merasa aman dan tidak repot menjaga jarak dengan penumpang lain.

Perjalanan kami tidak macet hingga tiba di terminal Mendolo Wonosobo pada pukul 04.30 pagi. Saat itu kondisi di terminal masih cukup gelap tapi suasana sudah ramai.

Sembari menunggu teman gue melaksankan sholat subuh, gue minum teh hangat di sebuah warung karna udara pagi di terminal Mendolo cukup dingin.

Setelah makan pagi dan hari sudah mulai terang kami meneruskan perjalanan menuju Desa Garung, kami mengambil angkutan diluar terminal berupa bis kecil dan kami turun di pinggir jalan desa Garung lalu meneruskan berjalan kaki kearah basecamp.

Mendaki Gunung Di Era New Normal

Sebelum menuju basecamp, para pendaki melewati screening pertama dulu di sebuah basecamp bayangan. Para pendaki diminta mengisi formulir dan menunjukkan surat keterangan sehat.

Surat keterangan yang diminta berlaku selama tiga dari tanggal pembuatan, ternyata surat kesehatan punya Tom sudah kadaluwarsa yang artinya harus bikin baru lagi.

Kami bergegas ke klinik yang ada di daerah situ untuk membuat surat kesehatan yang baru, di kilnik tersebut sudah banyak pendaki juga melakukan hal yang sama dengan kami.

Beginilah nasib mendaki di era new normal begini, beberapa aturan baru dibuat yang pasti tujuannya demi kepentingan bersama.

Setelah urusan di basecamp pertama selesai kami berjalan menuju basecamp yang sebenarnya. Jaraknya lumayan jauh sekitar 1 km melewati perkebunan tembakau milik warga.

Jika tidak kuat untuk berjalan kaki, ada ojek yang siap mengantar dengan tarif Rp. 5.000 saja.

Pemandangan disini sangat luar biasa kami berjalan ditengah tengah gunung, didepan kami ada gunung Sumbing dan dibelakang ada gunung Sindoro.

Gunung Sumbing berada di tiga wilayah kabupaten yaitu Temanggung, Magelang, dan Wonosobo. Jalur pendakian Garung berada Desa Garung Kabupaten Wonosobo.

Ojek Sumbing Bikin Jantung Hampir Copot

Tiba di basecamp Garung kami melakukan registrasi dengan menyerahkan formulir data diri, surat kesehatan, fotocopy ktp dan juga checklist barang yang kami bawa.

Setiap pendaki harus memberi rincian barang apa saja yang akan dibawa naik, baik itu peralatan pendakian maupun logistik yang ada dalam kemasan plastik.

Karna pada saat kembali nanti akan ada pengecekan lagi terhadap barang atau sampah yang dibawa turun, apakah sesuai dengan yang dibawa naik atau tidak.

Setelah itu Tom membeli tiket ojek yang akan mengantar kami ke pos 1. Ongkos ojek ini sebesar Rp. 25.000 berupa tiket yang nanti tiket tersebut diberi ke pengendara ojek pada saat naik.

Harusnya untuk naik ojek gunung ini para pendaki harus antri supaya teratur tapi pada saat itu beberapa pendaki ada yang tidak mau antri tapi langsung serobot naik ojek.

Ojek Garung Sumbing sangat unik karna penumpang nya harus duduk di depan, sedangkan tas atau keril pendaki di pakai oleh tukang ojek. Hal ini bertujuan untuk menyeimbangkan laju kendaraan.

Bisa dibayangkan jika mendapat pengendara ojek yang badan nya kecil sementara si penumpang berbadan besar pasti sangat effort sekali mengendarai motornya haha.

Tiba saat nya giliran gue naik ojek gunung, rasanya sudah deg degan duluan. Dari awal berangkat ojek sudah melaju dengan kecepatan tinggi, pertama tama melewati rumah warga lalu perkebunan penduduk.

Jalur yang dilewati bukan jalur aspal mulus tapi jalur bebatuan yang membuat motor terguncang di jalan, jalur nya kecil dan harus berbagi dengan ojek yang turun. Belum lagi ada jalur dimana sebelahnya merupakan jurang, wah rasanya sudah mau tutup mata saja yang penting sampai tujuan.

Naik ojek ini sudah seperti naik wahana extrem di dunia fantasi, jantung serasa mau copot.

Ojek yang gue naikin jalan nya tiba tiba melambat dan tidak secepat tadi, beberapa ojek mulai menyalib kami. Sepertinya ada trouble dengan motor ini, benar saja motor tersebut tiba tiba mogok di jalan, terjadi dua kali tapi untung nya si driver bisa menangani masalah tersebut dengan cepat dan bisa mengantar gue ke tempat tujuan dengan selamat.

Pendakian Gunung Sumbing 

15 menit naik ojek gunung berhasil membuat kaki gue gemetaran dan pantat jadi pegel, ternyata begini rasanya naik ojek Garung Sumbing. Semoga pada saat turun nanti tidak merasakan yang seperti ini lagi hehe.

Setelah istirahat sejenak lalu kami memulai pendakian menuju pos 2, saat itu tidak banyak pendaki yang mendaki gunung Sumbing karna kami mendaki di hari biasa yaitu pada tanggal 18 Agustus.

Sedangkan sehari sebelum nya pada tanggal 17 Agustus, jumlah pendaki di gunung Sumbing membludak karna  ingin merayakan hari kemerdekaan di gunung.

Walau kami mendaki di siang hari tapi terik nya mentari tidak membuat kami kepanasan karna sudah memasuki hutan yang dipenuhi oleh pepohonan tinggi dan rindang sehingga udara sekitar jadi adem dan segar.

Kami melewati sebuah sungai yang bisa dijadikan sebagai sumber air bagi para pendaki, tapi volume air nya sedang kecil dikarenakan sudah memasuki bulan kemarau.

Trek menuju Pos 2 ini berupa tanah padat, di sepanjang jalur beberapa kali menemukan papan kayu berisi caption caption lucu yang membuat tersenyum ketika membacanya. Sebuah cara jitu yang bisa membuat pendaki tetap semangat mendaki.

Di pertengahan menuju pos 2 kami mengisi perut dengan makanan yang sudah kami beli di warung dekat basecamp tadi.

Lanjut menuju pos 3 trek semakin menantang, ada beberapa kelokan yang harus kami lewati. Vegetasi nya sudah mulai terbuka tidak ada pepohonan lagi tapi memberikan pemandangan yang indah yaitu Savana yang luas.

Beberapa kali kabut turun dengan tiba tiba membuat kami harus waspada dengan sekitar. Kami juga mempercepat pendakian supaya tidak kemalaman di jalur. Walau jalur pendakian Garung sudah jelas dan ada papan penunjuk jalan tapi tiba di camp area sebelum gelap merupakan pilihan terbaik.

Kami sampai di pos 3 yang merupakan camp area pada pukul 4 sore, itu artinya kami mendaki selama 5 jam.

Cuaca cukup cerah dan masih terang sehingga kami bisa mencari tempat yang cocok untuk mendirikan tenda. Camp area di pos 3 ini tempatnya sudah rapi sudah dibikin seperti kavling.

Setelah mendirikan tenda kami bersantai sejenak dan mencoba menjadi anak senja yang menikmati sunset, tapi sayangnya kabut datang tiba tiba membuat sunset tidak terlihat begitu juga dengan Sindoro yang ada di depan sana ikutan menghilang.

Fyi, pendakian jalur Garung ini memiliki 4 pos pendakian dan setiap pos ada warung nya kecuali di pos 4. tapi pada saat itu mungkin karna hari biasa semua warung tidak ada yang buka alias tutup.

Gunung Tertinggi Ketiga Di Pulau Jawa

Seperti pada pendakian sebelum nya gue dan Tom tidak pernah masak berat seperti nasi ketika di gunung. Kali ini kami bungkus nasi dari warung lalu dihangatkan kembali sebelum dimakan, selain meringankan bawaan juga tidak memakan waktu untuk masak masak hehe.

Sebelum tidur kami ngobrol santai lebih dahulu kemudian bermain ular tangga sebelum rasa kantuk menyerang.

Malam ini kami merebahkan diri dalam dekapan Sumbing yang merupakan gunung tertinggi ketiga di Pulau Jawa tapi dekapan nya tidak memberi kehangatan, yang kami rasakan hanya dingin.

Dalam keheningan malam gue teringat kamar tidur gue yang jauh disana, dimana gue bisa tidur dengan nyaman sambil memeluk guling. Disini gue hanya berharap agar waktu segera berlalu supaya kehangatan segera datang. Gue baru sadar ternyata gunung memberi sejuta rasa sejuta pengalaman.

Suhu malam itu sangat dingin membuat kami tidak bisa tidur nyenyak dan harus terbangun berkali kali. Minum jahe panas dan melakukan gerakan kecil sambil menghangatkan tangan di api nesting hanya berdampak sesaat.  

Saat itu kami membawa kantong air dari karet yang di isi dengan air panas, lumayan membuat telapak tangan kami menjadi hangat.

Kami bangun dari tidur yang tidak pulas pada pukul setengah empat pagi dan bersiap melakukan perjalanan summit.

Ini adalah pendakian gue yang kesekian kali bersama sahabat gue Tomo, jadi sedikit banyak kami sudah mengetahui karakter masing masing.

Kalau boleh jujur mendaki berdua atau dalam grup kecil itu lebih enak dibanding dalam jumlah besar karna proses mengambil keputusan itu lebih cepat dibanding rame rame. Selain bertanggung jawab dengan diri sendiri kami juga tanggung jawab dengan partner mendaki. 

Perjalanan ke puncak kami mulai dengan berdoa, para pendaki lain sudah banyak yang berjalan menuju puncak terlihat dari cahaya headlamp mereka yang menyerupai kunang kunang.

Mendaki pada saat subuh begini butuh effort besar walau tidak membawa keril besar lagi tapi suhu yang dingin serta oksigen yang menipis menjadi kendala berat bagi pendaki.

Dari Pos 3 tempat kami nge camp menuju puncak trek nya makin terjal, kami berjalan perlahan sambil menikmati setiap langkah kaki, saling men-support satu sama lain agar tetap semangat.


Untuk menghilangkan lelah kami mengobrol dan bercanda sambil memakan cemilan kecil untuk menambah energi hingga tidak terasa hari mulai pagi.

Menggapai Puncak Rajawali Yang Jalurnya Extrim

Alon alon asal klakon kami sampai juga di puncak Gunung Sumbing, senang rasanya bisa berada di puncak gunung tertinggi kedua di Jawa Tengah dan gunung tertinggi ketiga di pulau Jawa ini.

Perjuangan melawan lelah, dingin, ngantuk akhirnya terbayar juga dengan pencapaian menggapai puncak, sangat sangat terharu.

Puncak pertama yang kami datangi adalah Puncak Buntu, gue juga bingung entah kenapa disebut begitu. Di puncak ini sudah banyak pendaki yang sedang berfoto foto. Dari puncak Buntu kami bisa melihat kawah gunung Sumbing dengan jelas, sangat luas dan bahkan terlihat beberapa pengunjung yang berada di area kawah tersebut.


Kawah gunung Sumbing tidak seperti kawah gunung berapi pada umumnya, di kawah ini terdapat sebuah makam yang sering di ziarahi oleh para pendaki.  

Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju puncak Sejati, jarak dari puncak Buntu menuju Puncak Sejati tidak terlalu jauh. Kami berjalan sangat hati hati karna trek menuju kesana cukup extrim, jalurnya cukup kecil dan dekat sekali dengan jurang.

Di puncak Sejati kami cuma mampir sebentar lalu meneruskan perjalanan ke puncak satunya lagi yaitu puncak Rajawali. Dari sini terlihat Puncak Rajawali dengan bendera Merah Putih sedang berkibar disana,

Puncak Rajawali merupakan puncak tertinggi gunung Sumbing yang memiliki ketinggian 3.371 Mdpl dan trek menuju kesana sangat extrim, gue sempat ragu dan berkata dalam hati apa bisa melewati jalur extrim tersebut dan bisa sampai ke puncak nya?

Kami terus berjalan dengan trek yang  semakin lama semakin menunjukkan taring nya, tebing tebing curam sudah menanti kami membuat semangat gue menjadi turun dan hampir menyerah karna ini pengalaman pertama.

Gue menarik nafas panjang dan berkata pada diri sendiri bahwa gue bisa melewati ini. Tomo yang tidak pernah berjalan jauh dari gue juga memberi semangat, gue tau dia juga pasti sedikit takut hehe.



Kami  naik turun tebing curam dibantu oleh tali atau weebing, harus hati hati sekali karna jika salah sedikit saja maka jurang sudah menanti. Disini kekuatan tangan dan kaki harus sinkron, berkali kali gue harus break dan mengumpulkan tenaga lagi.

Puncak sudah terlihat tapi kami harus berjuang melewati tebing tebing ini. Bersyukurnya kami dikasih cuaca yang sangat cerah sehingga memudahkan pendakian.

Puji Tuhan kami melewati segala rintangan dan bisa menginjakkan kaki di Puncak Rajawali puncak tertingggi di gunung Sumbing. Tak hentinnya kami mengucap syukur diberi kemudahan hingga saat ini,



Puncak Rajawali berupa tanah lapang, datar dan cukup luas yang ditumbuhi oleh cantiqi dan edelweis. Tidak banyak pendaki yang berada disini sehingga suasana sangat hening dan Tomo mengambil waktu sejenak untuk Sholat.

Kami mengabadikan moment berharga ini dengan berfoto di plang bertulikan puncak sebagai kenangan bahwa kami sudah menginjakkan kaki ke Puncak Rajawali.  

Rintangan selanjutnya ada lagi pada saat turun dari puncak Rajawali karna kami harus melewati jalur yang sama lagi, gue berkata ke Tom “ada jalur lain gak selain ini” hehe. Tomo lalu bilang “jika tadi bisa sekarang juga pasti bisa”, lalu gue bilang ke dia “I will try Tom”.

Dengan keberanian yang ada gue bisa melewati semua nya dan kami meninggalkan Puncak Rajawali yang sangat wow itu.

Perlu Diketahui Tentang Gunung Sumbing

Saat turun gunung kami kembali lagi naik ojek dimana kali ini posisi duduk penumpang tidak seperti waktu naik, sekarang penumpang duduk di belakang driver sedangkan tas pendaki ditaruh di depan.  

Fisik kami benar benar capek sehingga kami memilih untuk naik ojek lagi, karna banyak pendaki juga yang kami temui memilih untuk berjalan menuju basecamp.

Kami tiba kembali di basecamp lalu lapor bahwa kami sudah turun gunung dan mengambil KTP yang dititip di awal pendakian. Sebelum KTP di kembalikan, petugas basecamp memeriksa kembali kantong sampah yang kami bawa turun, ada pengecekan ulang logistik yang kami bawa naik sama dengan jumlah sampah yang di bawa turun.

Ada sanksi / denda  bagi pendaki yang tidak membawa turun sampahnya, hal ini sangat bagus untuk meningkatkan rasa peduli pendaki terhadap kebersihan gunung. Karna menjadi pecinta alam itu bukan hanya punya hobby mendaki gunung tapi memiliki kontribusi terhadap alam salah satunya menjaga kebersihan,

Beberapa gunung di Indonesia sudah melarang dengan keras membawa dan menggunakan tissue basah saat di gunung, karna tissue jenis ini jika dikubur di tanah tidak bisa terurai dengan cepat sehingga dapat mengotori alam.

Pada saat itu ada rombongan pendaki yang membawa tissue basah dan ketahuan petugas saat memeriksa kantong sampah mereka. Akhirnya rombongan itu dibawa ke dalam basecamp untuk di proses.

Menurut aturan jika ketahuan membawa tissue basah akan di kenakan denda sebesar Rp. 1.025.000.

Menginap Satu Malam Di Kaki Gunung Sumbing

Hari sudah menjelang sore ketika kami tiba di basecamp, sudah tidak mungkin lagi jika kami harus pulang saat itu juga apalagi kami masih capek jadi kami memilih untuk menginap satu malam lagi disini.

Tapi kami gak tahu harus menginap dimana lalu kami bertanya dengan warga setempat apakah di daerah sini ada penginapan, lalu kami diberti tahu kalau kami bisa menginap di warung yang letaknya bersebelahan dengan basecamp.

Lalu kami menuju warung tersebut dan bicara dengan pemilik warung, kami disambut dengan ramah dan dipersilahkan ke sebuah ruangan yang merupakan ruang tamu di rumah itu.

Para pendaki sering singgah dan menginap dirumah ini tapi pada saat itu tidak ada pendaki lain selain kami berdua. Untuk menginap disini tidak usah membayar cukup dengan membeli makan di warung si ibu saja. Jika mau mandi dan charge handphone cukup membayar Rp. 2.000 saja dengan memasukkan ke kotak yang sudah tersedia.

Tak terbayang malam itu bisa menginap di Desa Garung yang berada di tengah tengah gunung Sindoro dan Sumbing.

Sehabis makan nasi goreng ibu warung kami merasa ngantuk dan langsung tertidur dalam dingin, tiba tiba kami terbangung karna anak ibu pemilik warung datang membawa selimut dan menyelimuti kami, selain ramah mereka juga perhatian hehe,

Demikian catatan perjalanan kami saat mendaki gunung Sumbing via Garung beberapa waktu lalu, terlalu banyak pengalaman yang kami dapat di pendakian ini.

Setelah pendakian Gunung Sumbing, tersisa satu gunung lagi dalam Triple S Jawa Tengah yaitu gunung Slamet yang belum gue daki. Semoga diberi kesempatan untuk bisa mendaki gunung yang merupakan atap tertinggi Jawa Tengah ini. 

Comments

Popular Posts