Pendakian Gunung Papandayan : Awas Babi Hutan!
Langkah Derofa - Gunung Papandayan termasuk salah satu wishlist gunung yang ingin gue kunjungi di tahun 2018, tapi karna tidak memiliki partner untuk kesana terpaksa keinginan itu harus dipendam. Gue sempat coba ikut trip yang bersifat sharecost tapi akhirnya harus cancel karna peserta nya banyak yang mengundurkan diri. Sampai tiba tiba teman gue yang merupakan partner mendaki gunung selama ini mengajak untuk naik gunung Papandayan, wah tumben banget padahal selama ini dia selalu menolak diajak ke gunung yang berada di Garut ini dengan alasan sudah pernah kesana.
Kami akhirnya ketemuan sambil makan ayam goreng di daerah Halim untuk membicarakan hal ini. Point utama yang kita bahas adalah “serangan babi hutan” yup selain terkenal dengan pemandangan nya yang indah gunung Papandayan juga terkenal dengan babi hutan nya yang suka mencuri makanan di tenda tenda pendaki. Dan karna khawatir tenda akan rusak diserang babi hutan maka kami putuskan untuk beli tenda yang harganya murah sehingga kalau rusak tidak bikin nyesek dada hehe.
Pool Primajasa - Terminal Guntur Garut - Cisurupan
19 Januari 2019 Jumat malam pukul 19.00 kami sudah sampai di pool bis Cililitan tidak jauh dari dari halte TransJakarta BKN, untuk mencapai kota Garut kita harus menggunakan bis dari Jakarta. Kata orang terminal sih jadwal bis ke Garut itu setiap 45 menit sekali, perjalanan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 5 jam dan bis terakhir itu sekitar jam setengah 10. Akhirnya kami memutuskan untuk berangkat pukul 21.00 supaya tidak kelamaan berada di terminal Guntur Garut nantinya. Suasana pool bis malam itu lumayan ramai dan ketika bis datang langsung diserbu oleh penumpang, bersyukur kami masih dapat tempat duduk.
Tepat pukul 21.00 bis berangkat dari Cililitan menuju terminal Guntur Garut. Perjalanan ditempuh dalam waktu lima jam tanpa macet sehingga kita sampai di terminal Guntur pada pukul 02.00 pagi. Oiya ongkos bis nya Rp. 52.000/orang. Turun dari bis kami menuju warung yang ada di pinggir jalan sambil memesan teh hangat dan mencari info tentang angkutan ke gunung Papandayan. Ternyata dari terminal Guntur ada angkutan yang menuju ke Cisurupan dan angkutan tersebut tersedia 24 jam tapi penumpang harus penuh dulu baru bisa berangkat.
Sambil menunggu penumpang lain kami menghabiskan teh yang sudah mulai dingin. Dan bersyukur tidak lama kemudian datang satu rombongan dari Jakarta, membuat angkot seketika penuh dan langsung berangkat. Perjalanan dari Terminal Guntur ke Cisurupan ini ditempuh sekitar 45 menit saja karna masih subuh jadi perjalanan lancar dan tidak macet. Ongkos angkot 25.000/orang.
Basecamp David Di Waktu Subuh
Tiba di Cisurupan sekitar pukul 03.30 kita disambut dengan udara dingin, yup Cisurupan ini adalah pemberhentian terakhir dari angkutan umum dan lokasinya berada di kaki gunung papandayan. Dari Cisurupan perjalanan diteruskan menggunakan mobil bak terbuka menuju camp David. Dan bersyukurnya kami dapat teman perjalanan yaitu rombongan yang tadi bertemu di terminal Guntur, mereka menawarkan untuk bareng dan kita pun menyambut dengan baik.
Setelah menaikkan barang ke mobil dan membayar ongkos sebesar Rp. 20.000/orang maka mobil siap berangkat. Udara sangat dingin saat itu dan kondisi jalur semakin lama semakin menanjak. Bersyukur cuaca cerah sehingga kami bisa menikmati pemandangan bulan dan penampakan gunung Guntur dan Cikuray yang dikelilingi oleh lautan awan. Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit maka kami sampai di Camp David.
Setelah menurunkan barang dari mobil lalu kita menuju warung yang diarahkan oleh pak supir yang kebetulan warung tersebut adalah warung pak supir dan istrinya. Karna udara yang sangat dingin maka kami memesan minuman panas dan duduk sambil menunggu datang nya mentari asekk. Saat itu baru pukul 04.00 pagi, sambil duduk sesekali angin kencang dan dingin datang tiba tiba. Beberapa dari rombongan ada yang menuju Mushola dan beristirahat disana sedangkan gue berdua ditawarin ibu warung untuk istirahat di dalam warung yang tetap saja masih terasa dingin.
Camp David ini merupakan titik awal pendakian ke gunung Papandayan, karna masih subuh maka kondisi masih sepi dan bisa dibilang rombongan kami adalah pendaki pertama yang sampai di Camp David saat itu karna pendaki lain baru berdatangan pagi menjelang siang. Camp David ini sangat luas: terdapat banyak warung, parkiran luas, Mushola dan juga kamar mandi serta lokasinya bersih dan tertata dengan baik.
Menjelang pagi gue dan teman gue Tom keluar dari warung untuk menikmati hangat sinar mentari, pandangan kami tertuju pada sebuah menara/gardu pandang yang berada persis di belakang warung. Kami pun tergoda menaiki menara yang lumayan tinggi ini dan diatas menara terlihat pemandangan pagi yang indah dan luar biasa. Kami bisa melihat gunung Guntur dan Cikuray dengan lautan awan, sayang nya sunrise tidak begitu terlihat karna tertutup kabut. Gak tahan berlama lama di menara ini karna angin nya sangat kencang jadi kami segera turun.
![]() | ||
| Camp David |
Setelah menuntaskan aktivitas di kamar mandi maka kami bersiap untuk packing ulang dan tak lupa untuk sarapan biar kuat untuk menanjak. Pukul 07.20 kami sudah siap untuk berangkat dan bergabung dengan rombongan teman baru. Untuk tiket masuk nya sendiri sebesar Rp. 65.000/orang yang buat sebagian orang lumayan mahal. Jadi setelah gunung Papandayan dikelola oleh pihak swasta maka tiket masuk jadi lebih mahal, tapi kabar bagus nya adalah fasilitas nya jadi lebih banyak dan lebih bagus serta bersih juga. Sempat ngobrol dengan beberapa pedagang di camp David dan mereka bilang setelah dikelola oleh pihak swasta dan harga tiket jadi naik maka jumlah pendaki menurun tidak seramai dulu.
Seperti biasa sebelum memulai pendakian kami berdoa dulu supaya diberi kelancaran untuk semuanya, dan juga tidak lupa berfoto di gapura basecamp, oiya kami juga kenalan dengan teman teman baru yang jadi teman mendaki pagi itu.
Jalur pendakian Gunung Papandayan itu adalah jalur berbatu karna dekat dengan kawah, kami pun sesekali mencium aroma belerang yang terbawa angin jadi menggunakan buff atau masker adalah pilihan yang tepat.
Jalur pendakian adalah ruang terbuka tanpa pepohonan jadi matahari akan langsung menyentuh kulit dan kepala, tapi karna kami memulai pendakian pada pagi hari maka udara tidak begitu panas ditambah lagi cuaca yang sedikit mendung.
Yang unik di gunung Papandayan ini adalah terdapat nya jalur buat motor yang digunakan untuk mengantar kebutuhan warung warung yang ada di sepanjang jalur. Ada jalur yang di khususkan untuk motor tapi ada juga jalur dimana kita harus berbagi dengan motor, jadi ketika motor lewat kita harus minggir dan memberi jalan kepada motor.
Walaupun gunung Papandayan ini ramah dan cocok untuk pendaki pemula tapi tetap saja menguras tenaga. Dan enak nya disepanjang jalur terdapat beberapa toilet umum dan juga warung, kita bisa beristirahat sambil jajan di warung. Karna gunung Papandayan masih aktif dan memiliki kawah maka pemandangan disekitar jalur gersang tapi tetap indah kok.
Walaupun gunung Papandayan ini ramah dan cocok untuk pendaki pemula tapi tetap saja menguras tenaga. Dan enak nya disepanjang jalur terdapat beberapa toilet umum dan juga warung, kita bisa beristirahat sambil jajan di warung. Karna gunung Papandayan masih aktif dan memiliki kawah maka pemandangan disekitar jalur gersang tapi tetap indah kok.
Pendakian kami adalah pendakian santai, kami menikmati setiap langkah sambil menikmati keindahan alam dan bersyukur untuk semua keindahan itu, tak lupa juga mengabadikan setiap momen dalam foto dan video hehe.
Setelah beberapa saat mendaki hujan pun turun, awalnya hanya gerimis tapi semakin lama semakin deras akhirnya kami mengeluarkan jas hujan. Dan ternyata hujan hanya menyapa sebentar setelah itu cuaca cerah kembali dan kita kembali melepas jas hujan. Oiya ada satu tanjakan yang menguras tenaga di jalur pendakian, tanjakan ini walaupun tidak panjang tapi cukup terjal dan menguras tenaga apalagi habis di guyur hujan jadi licin, harus hati hati.
Camp Goberhood, tempat ini sebenarnya bisa dijadikan tempat untuk mendirikan tenda juga selain pondok saladah, tapi kami memutuskan untuk ngecamp di Pondok Saladah. Dan disini kami beristirahat sejenak menikmati gorengan dan minuman hangat di warung.
Dari camp Goberhood ini masih harus berjalan sekitar 10 menit lagi ke Pondok Saladah, jalur nya sedikit becek akibat hujan dan juga udara nya yang lembab karna jalur yang rapat oleh pepohonan. Tapi sedikit menyeramkan karna sepanjang jalur ini banyak terdapat ulat bulu yang menempel di pohon maupun yang berkeliaran di tanah, jadi harus extra hati hati. Dan ulat ulat ini juga banyak terdapat di Pondok Saladah tempat kami mendirikan tenda.
Di Pondok Saladah ini fasilitas nya lumayan lengkap ya sebanding dengan tiket masuk yang mahal, karna disini terdapat beberapa toilet yang bersih dan air yang terus mengalir jadi kalau mau buang air tidak harus menggali dulu hehe. Disini juga terdapat warung warung yang menyediakan makanan minuman, jadi kalau tidak bawa logistik atau malas masak mampir aja ke warung dan harganya masih terjangkau contoh : nasi goreng 15ribu, teh manis 5ribu, Aqua 1.5lt 15ribu, nasi putih 5ribu. Dan diwarung warung ini juga terdapat api unggun jadi kami bisa menghangatkan badan dekat api sambil ngobrol dengan pemilik warung.
Siang itu udara lumayan cerah jadi kami bisa menikmati Edelweis yang ada di pondok Saladah walaupun saat itu belum berbunga. Dan setelah makan siang di warung hujan turun dengan deras dari siang sampai sore hari, sehingga rencana untuk ke Tegal Alun siang itu gagal. Oiya Tegal Alun itu adalah padang Edelweis yang sangat luas yang letaknya masih jauh dari Pondok Saladah. Banyak yang bilang kalo Tegal Alun ini adalah surganya Edelweis.
Hutan Mati Yang Tidak Pernah Mati
Siang itu akhirnya kami cuma santai dalam tenda menunggu hujan reda sambil ngobrol. Tapi makin sore hujan tidak menunjukkan tanda akan berhenti, bahkan air mulai merembes ke dalam tenda karna tempat kami mendirikan tenda berada diatas lahan berumput yang sedikit rendah sehingga air tidak bisa mengalir malah menggenang.
Kami mulai was was kebanjiran apabila hujan terus menerus sampai malam. Dan tiba tiba teman gue ngajak turun gunung saat itu juga, nah loh padahal waktu itu hari sudah mulai gelap dan udara juga semakin dingin. Ternyata dia khawatir kalau hujan gak berhenti maka kami akan kebanjiran dan itu merepotkan. Gue tidak setuju dengan keputusan kalau harus turun gunung sore itu karna akan sangat berbahaya. Akhirnya kami keluar tenda sambil menenangkan diri di warung.
Setelah berpikir dengan tenang kami putuskan untuk tidak turun gunung karna terlalu beresiko tapi kami memindahkan tenda ke area yang tidak tergenang air depan sebuah warung. Jadi pelajaran yang kami dapat dari kejadian ini untuk tidak buru buru mengambil keputusan dalam keadaan panik, tapi tenangin diri dulu baru berpikir.
Tenda pun kami pindahin ke tempat yang aman tidak tergenang air, hujan mulai reda dan udara semakin dingin. Malam itu acara masak masak ditiadakan dan untuk makan malam cukup mampir diwarung. Sebelum tidur kami mengumpulkan logistik dan peralatan masak yang berbau ke dalam kantong plastik dan kami titipkan di warung supaya malam itu tidak diganggu sama babi hutan.
Hutan mati ini berada tidak jauh dari kawah gunung Papandayan yang terbentuk dari letusan gunung beberapa tahun yang lalu yang mengakibatkan hutan yang berada disekitar kawah jadi terbakar dan meninggalkan batang pohon kering atau mati makanya disebut dengan hutan mati.
Suasana di hutan mati akan sedikit horor bila dalam keadaan sepi dan kabut tebal tiba tiba datang, jarak dari pondok saladah ke hutan mati sangat dekat sekitar 5 menit perjalanan. Menikmati pagi di hutan mati sangat luar biasa apalagi pagi itu tidak banyak pendaki yang berada di tempat itu. Tapi sayang nya sunrise tidak terlihat karna kabut yang menghalangi. Walau disebut dengan hutan mati tapi hutan ini tidak pernah mati karna selalu ramai dikunjungi oleh para pendaki yang ingin menikmati suasana yang syahdu.
Suasana di hutan mati akan sedikit horor bila dalam keadaan sepi dan kabut tebal tiba tiba datang, jarak dari pondok saladah ke hutan mati sangat dekat sekitar 5 menit perjalanan. Menikmati pagi di hutan mati sangat luar biasa apalagi pagi itu tidak banyak pendaki yang berada di tempat itu. Tapi sayang nya sunrise tidak terlihat karna kabut yang menghalangi. Walau disebut dengan hutan mati tapi hutan ini tidak pernah mati karna selalu ramai dikunjungi oleh para pendaki yang ingin menikmati suasana yang syahdu.
Dan pagi itu dapat kabar kalo rombongan teman baru kami tadi malam diserang sama babi hutan, ternyata malam itu peralatan masak mereka yang masih berbau tidak dicuci dan diamankan, bau itu mengundang si babi hutan yang salah satu nya dikenal dengan nama si Omen masuk ke tenda dengan merobek dan mengacak ngacak tenda.
Bersyukur malam itu kami berdua aman karna sudah menyingkirkan semua logistik ke tempat yang aman. Bahkan ada beberapa pendaki yang menggantung logistik dan peralatan masak nya diatas pohon supaya tidak dijangkau sama si Omen dan teman teman nya.
Jalur Turun Melewati Kawah
Setelah sarapan dan packing tepat jam 9 pagi kami mulai turun gunung. Jika jalur naik melewati Camp Goberhood, maka untuk jalur turun lewat hutan mati kemudian turun menyusuri kawah. Dari hutan mati kearah kawah jalurnya tangga berbatu yang gak enak di kaki. Udara sangat terik siang itu ditambah pula dengan bau belerang yang menyengat, tapi hal itu tidak menyurutkan semangat kami untuk menikmati keindahan gunung Papandayan dengan berfoto.
Akhirnya keinginan gue selama ini naik ke gunung Papandayan terwujud juga, terima kasih buat sahabat gue yang telah menemani ke tempat ini. Dan buat yang ingin mendaki dan camping ke gunung Papandayan, semoga tidak bertemu dengan si “Omen” dan teman teman nya ya.






Comments
Post a Comment