Melepas Kangen Dengan Ketinggian Prau 2565 MDPL
LangkahDerofa - Ini adalah pendakian gue ke gunung Prau di bulan Juli 2018 kemarin. Jadi ceritanya itu gue dapat hadiah buku dari sahabat gue Tomo, buku ini tentang Tips Mendaki Gunung, Yups sahabat gue ini anak gunung, karna lumayan banyak gunung yang sudah dia jelajahi. Setelah selesai membaca buku jadi semangat neh untuk mempraktek kan nya asekk. Dan tidak lama setelah teman gue sidang skripsi dan lulus (selamat brotha), akhirnya kami putuskan untuk naik gunung.
Ojo Ngeluh, Nikmati Prosesnya
Gunung Prau ini terletak di Dieng Wonosobo, Jawa Tengah. Untuk mencapai daerah Dieng bisa dengan menggunakan Bis dan bisa juga dengan Kereta. Kalau menggunakan bis, naik dari terminal asal (Jakarta) dengan tujuan terminal Mendolo Wonosobo, lalu naik bis kecil ke arah Dieng. Kalau menggunakan kereta turun di stasiun Purwokerto, lalu naik angkot ke terminal Purwokerto, kemudian naik bis ke arah terminal Mendolo Wonosobo, baru naik bis kecil ke arah Dieng.
| Stasiun Purwokerto |
| Terminal Mendolo Wonosobo |
Setelah membeli tiket masih ada waktu satu bulan lagi untuk persiapan menuju hari H, termasuk persiapan fisik. Untuk persiapan fisik cukup dengan jogging saja, dan untuk peralatan sebagian besar sudah lengkap. Serta yang paling penting adalah persiapan mental, Ojo Ngeluh. Beruntung punya sahabat dan partner yang selalu support, karna ini trip cuma berdua saja jadi kami harus saling men-support satu sama lain termasuk dalam segala hal.
Jalan Jalan Menikmati Setiap Moment
Akhir nya hari yang ditunggu tunggu pun datang, kami mulai perjalanan dari stasiun Senen pada hari Jumat malam pukul 21.00 wib dengan tujuan stasiun Purwokerto. Naik KA Serayu dengan waktu tempuh sekitar 11 Jam dan tiba di stasiun Purwokerto pada sabtu pagi pukul 08.00 wib. Setelah itu kami naik angkot menuju terminal Purwokerto sekitar 15 menit, di terminal ini kami mencari sarapan karna perut sudah minta diisi. Lalu dari terminal Purwokerto kami naik bis lagi menuju terminal Mendolo Wonosobo dengan waktu tempuh kurang lebih 4 jam.
Perjalanan yang sangat lama dan panjang lama tapi ini sudah ittenerary kami jadi dinikmati saja pengalaman ini, karna dalam setiap perjalanan ada saja hal hal baru yang kami temui. Dan buat anda yang waktunya terbatas dan pengen cepat sampai di Dieng disaranin untuk naik bis saja langsung ke terminal Mendolo Wonosobo.
Di terminal Mendolo Wonosobo kami tertahan agak lama karna menunggu bis penuh dulu sekalian saja kami makan siang dengan menikmati Mie Ongklok. Ini adalah pertama kali gue makan mie ongklok rasanya enak dan murah lagi hehe.
Setelah bis penuh kami berangkat ke Dieng, sekitar 1 Jam kami sudah sampai Dieng, Yeayy. Setelah turun depan basecamp Patak Banteng kami di jemput oleh Pak Arifin, warga Dieng yang menerima tamu menginap dirumah nya dan malam ini kami akan menginap di rumah Pak Arifin.
Hari pertama di Dieng kami gunakan untuk jalan jalan menggunakan sepeda motor yang kami pinjam (tapi bayar ya). Kami ingin menikmati suasana sore dan malam hari disini, udara yang dingin bawaannya bikin lapar terus. Malam itu Dieng sangat ramai dipenuhi oleh para wisatawan, mungkin karna malam minggu juga.
Oiya Sebelumnya kami survey ke Desa Sembungan karna besok pagi kami akan ke bukit Sikunir untuk melihat sunrise, dan desa Sembungan ini titik start ke bukit Sikunir.
Tiket kereta Stasiun Senen – Purwokerto Rp. 67.000
Angkot dari Stasiun Purwokerto – Terminal Purwokerto Rp. 5.000
Bis dari Terminal Purwokerto – Terminal Mendolo Rp. 35.000
Bis dari Terminal Mendolo – Patak Banteng Rp. 20.000
Pendakian Gunung Prau
Minggu Pagi setelah melihat Sunrise dari Bukit Sikunir kami siap siap untuk naik ke Prau, sebelum nya kami packing ulang dulu karna sebagian barang akan di titipkan dirumah Pak Arifin. Packing ulang itu dilakukan untuk mengecek perlengkapan yang akan dibawa termasuk logistik jangan sampai ada yang tertinggal.
Gunung Prau berada di ketinggian 2565 Mdpl dan merupakan salah satu gunung favorit para pendaki baik pendaki senior maupun pendaki pemula, karna bisa di tempuh dalam waktu yang tidak terlalu lama, tapi pemandangan diatas sangat luar biasa. Jadi sudah bisa dipastikan setiap weekend terlebih lagi kalau libur panjang gunung Prau di penuhi oleh para pendaki, bahkan ada yang bilang mirip pasar.
Di hari minggu itu kebanyakan para pendaki sudah pada turun. Jadi otomatis jalur pendakian tidak terlalu ramai, begitu juga dengan situasi di puncak pasti sepi. Kami bisa menikmati gunung dalam keheningan, asekk gak tuh.
| Jalur Yang Sepi |
Ini adalah kali kedua gue naik gunung Prau, jadi sudah ada pengalaman lah sedikit sekaligus melepas kangen juga dengan gunung Prau hehe. Selesai packing dan makan siang kami menuju basecamp Patak Banteng, kondisi di basecamp siang itu sangat ramai oleh para pendaki yang baru turun. Lalu kami registrasi dan membayar tiket sebesar Rp. 10.000/orang dan Rp. 5.000 untuk trashbag.
Kenapa memilih jalur patak Banteng untuk pendakian ke Gunung Prau, karna jalur ini tidak membutuhkan waktu yang lama menuju puncak walaupun jalurnya cukup menguras tenaga juga. Sebelum memulai pendakian kami Doa lebih dulu agar perjalanan diberi kelancaran.
Basecamp – Pos 1, Pendakian awal kami sudah disambut oleh puluhan anak tangga yang melewati perumahan warga. Kalau boleh jujur sih gue kurang begitu suka kalau di trek ada anak tangga nya karna itu bikin lutut gue gemetaran.
Pos 1 – Pos 2, kami akan melewati perkebunan warga, pemandangan disini lumayan bagus jadi kami sempat berhenti sejenak untuk berfoto dan istirahat karna di jalur ini juga ada anak tangga nya (tangga tanah). Kemudian kami memasuki kawasan hutan yang kanan kiri nya di penuhi pohon pinus dan pohon cemara, udara juga lumayan sejuk dan jalur masih bersahabat.
Pos 2 – Pos 3 jalur sudah semakin terjal dan menantang, tenaga terkuras habis di jalur ini. Kanan kiri jalur adalah pepohonan dan jurang jadi harus hati hati. Kami lebih banyak beristirahat dijalur ini, dan sangat bersyukur punya partner yang selalu kasih semangat (thanks Bro T).
Pos 3 – Pos 4, jalur ini juga tidak kalah menantang nya dibanding pos sebelumnya, tapi disini sudah tidak di temukan pepohonan lagi, kalau habis diguyur hujan maka jalur ini sangat licin sekali harus berhati hati. Tapi kalau musim kemarau kaya gini debu nya banyak.
Jalur pendakian hari minggu itu sepi karna pendaki yang naik dan pendaki yang turun tidak terlalu banyak, sehingga kami benar benar menikmati suasana tenang saat itu. Dan setelah mendaki santai selama 3 jam akhirnya kami sampai ke puncak, Thanks God.
Sampai di puncak masih sore sesuai dengan rencana kami (start mendaki pukul 13.30 dan sampai puncak jam 16.30). Kalau masih sore begini kami tidak terburu buru mendirikan tenda, udara juga belum terlalu dingin dan semua bisa terlihat jelas karna masih terang.
Tidak lama setelah tenda berdiri gunung Prau diguyur gerimis dan hari pun mulai gelap. Perut lapar saatnya makan malam, gak pake masak masak nasi dan sebagai nya kami cuma manasin nasi goreng yang kami beli di Dieng sebelum mendaki tadi, lebih praktis kan. Benar benar nikmat makan nasi goreng di gunung.
| Menu makan malam : nasi goreng |
Udara malam itu sangat dingin bahkan hari sebelumnya sempat ada butiran es juga, emang di bulan itu suhu di gunung Prau lagi dingin dingin nya, jadi kami tidak berani untuk keluar tenda. Walaupun masih belum ngantuk tapi dibawa tidur saja. Dan malam itu gak bisa tidur nyenyak karna dingin yang luar biasa.
Pagi Yang Luar Biasa Di Gunung Prau
Jam tiga pagi kebangun karna kebelet buang air kecil, dan pas buka tenda itu dingin nya minta ampun. Tapi pemandangan diluar sangat luar biasa, langit yang cerah dengan bintang bintang, penampakan Sindoro Sumbing dan lautan awan benar benar bikin kagum, dan kami tidak berlama lama diluar. Kembali ke tenda dan bikin minuman hangat.
| Lautan Awan |
Diluar mulai ramai oleh suara para pendaki lain nya, ternyata sunrise sudah mulai muncul dan kami pun tidak mau ketinggalan momen ini. Amazing banget! kemarin lihat sunrise di Bukit Sikunir sekarang di gunung Prau, sungguh luar biasa ciptaan Tuhan. Oiya kalau sudah begini pasti foto foto dunk hehe.
Waktu tahun 2016 kesini tidak bisa melihat sunrise karna kabut, bahkan Sindoro Sumbing pun tidak kelihatan, tapi sekarang semua ada di depan mata, Sunrise yang indah, Sindoro Sumbing dan barisan gunung yang lain, lautan awan. Dalam hati hanya bersyukur dan bersyukur atas Ciptaan Tuhan.
Saatnya Turun Gunung
Setelah puas berfoto dan menjelajah setiap bagian gunung saat nya untuk kembali ke tenda dan bikin sarapan, sarapan kali ini cukup dengan baso saja dan minuman hangat. Hari mulai siang saatnya untuk packing, beresin tenda dan turun gunung. Ingat! Kalau di gunung jangan membuang sampah sembarangan, bawa turun kembali sampah mu, jangan merusak alam dan ekosistem. Nikmati saja indah nya itu sudah lebih dari cukup Asekkk.
| Menikmati Ciptaan Tuhan |
| My Best Brother #mybromytravelmate |
| Saatnya turun gunung |
| Mie Ongklok |
Perjalanan turun lebih cepat dibanding naik ya iyalah hehe. Butuh waktu satu jam saja kami sudah sampai basecamp, oiya kami makan mie ongklok lagi dan mie ongklok kali ini ada sate sapi nya, lebih nikmat. Setelah mandi dan packing akhirnya kami siap kembali ke Ibukota.
Sangat bersyukur kita diberi kelancaran untuk semua nya, dari awal sampai akhir perjalanan semua dilancarkan, sangat menikmati perjalanan kali ini, dapat partner mendaki yang asyik juga. Tapi akhir dari sebuah perjalanan adalah rumah, kita harus kembali kerumah kembali ke keluarga yang sudah menunggu kedatangan kita.
Dalam perjalanan pulang ke Ibukota, gue sudah bikin list tempat untuk melihat sunrise selanjutnya.


Comments
Post a Comment