Pengalaman Pertama Kedinginan Di Gunung Bromo

Lautan awan di pagi hari

LangkahDerofa - Perjalanan ke Bromo ini sebenar nya di tahun 2015 kemarin tapi kenangan itu masih melekat sampai sekarang dan masih belum puas rasanya waktu itu main ke Bromo. Jadi sambil menulis catatan ini sekaligus flashback keseruan perjalanan kami. Trip kali ini dimulai dari stasiun Pasar Senen Jakarta pada sabtu sore menggunakan KA Matarmaja jurusan Pasar senen – Malang.

Selamat Datang Di Kota Malang
Setelah menempuh perjalanan sekitar 17 jam akhir nya sampai juga kami di stasiun Malang, jangan ditanya gimana rasanya duduk selama itu di kereta. Walaupun kereta ekonomi tapi cukup nyaman-lah, hanya saja jarak antar kursi nya yang sempit membuat kaki tidak leluasa untuk bergerak. Tapi yang paling penting harga tiketnya ramah di kantong hehe.
 
Gerbong kereta kebanyakan diisi oleh anak anak muda yang saat itu tujuan nya ingin berwisata ke Malang dan sekitarnya, kebanyakan yang mau naik ke gunung Semeru gunung tertinggi di Jawa. Senang rasanya melihat suasana seperti ini, semangat untuk berlibur semakin membara.

Benar benar excited ketika mendatangi tempat tempat baru seperti ini. Oiya kami berempat (Gue, Ka Adi, Em Coy dan Ipeh) keluar dari stasiun Malang karna sudah dijemput akamsi (anak kampung sini) arek Malang namanya Rudi. Kami diantar ke hotel yang lokasinya tak jauh dari stasiun, tapi karna masih pagi kami belum bisa check-in, akhirnya kami sempatkan untuk sarapan dulu menikmati soto ayam yang sudah kami rencanakan ketika masih berada dikereta tadi.
 
Selesai sarapan kami balik lagi ke hotel dan ternyata dibolehkan untuk check-in walaupun belum waktunya, kami beberes sejenak dan teman teman menyempatkan untuk sholat dan setelah itu kami siap meng-explore kota Malang.

Tujuan pertama kami di kota Malang ini adalah Alun Alun kota tapi karna saat itu alun alun sedang dalam proses renovasi maka ditutup untuk umum. Kemudian kami beranjak ke Toko Oen untuk menikmati es krim nya yang terkenal itu. Toko ini sangat menarik karna merupakan bangunan kolonial yang usianya sudah tua bahkan meja kursi yang digunakan pun juga sudah antik, suasana disini benar benar seperti jaman dulu. Oiya rasa dari ice cream nya sendiri sungguh nikmat, ingin rasanya nambah tapi harganya lumayan mahal hehe.

Dari Toko Oen kami mencoba kuliner Malang lain nya yaitu Bakso President. Tempatnya lumayan menarik karna berada persis di pinggir rel kereta, jadi tiap kereta lewat maka pengunjung yang sedang makan akan merasa sensasi bergoyang, tapi sayang nya selama kami berada disana gak ada satupun kereta yang lewat. 
 
Tempat ini selalu ramai oleh pengunjung jadi harus siap siap antri kalau mau makan, tempat nya juga cukup luas ada bagian dalam dan bagian luar tinggal milih mau duduk dimana. Kalau soal rasa gak usah diragukan lagi uenakk bangett, jika suatu hari nanti ke Malang pasti akan mampir lagi ke tempat ini.

Bakso President

Es cream Toko Oen

Ada satu tempat makan atau food court yang berada tidak jauh dari stasiun Malang dan tidak jauh juga dari hotel tempat kami menginap, tempat ini setiap malam selalu dipenuhi oleh anak anak muda. Dan malam itu kami menikmati makan malam di tempat ini menikmati dingin nya malam.

Penanjakan Satu Bromo
Jam 12 malam, kami sudah dijemput oleh jeep yang akan membawa kami ke Bromo. Kami sudah booking jeep beberapa minggu sebelumnya, sesuai dengan perjanjian jeep datang tepat waktu, tapi karna kecapekan dan istirahat yang kurang membuat kami masih tidur saat jeep datang. Akhir nya setelah sang supir menelpon barulah kami bersiap siap. 
 
Sebenar nya ketika kami ngobrol dengan mbak yang punya jeep beberapa waktu sebelumnya kami disarankan untuk berangkat ke kawasan Bromo sekitar setengah 1 malam, alasannya karna pada tanggal tersebut bertepatan dengan long week end dan sudah dipastikan jalur menuju Bromo akan sangat ramai. Kemungkinan macet dijalur bisa saja terjadi dan  juga susah untuk cari tempat parkir diatas.
Pos Penanjakan

Setelah packing dan siap siap akhirnya jam setengah satu kami berangkat juga sesuai jadwal. Oiya malam itu kami sekalian check out dari penginapan karna besok siang nya seturun dari Bromo kami akan langsung menuju ke kota Batu. Brrrr keluar dari hotel kami sudah merasakan dinginnya kota Malang, gimana dinginnya Bromo ya?

Perjalanan dari kota Malang menuju Penanjakan satu Bromo ditempuh dalam waktu 2 jam, jadi jam 02.30 subuh kita sudah di Bromo. Dan di perjalanan dini hari itu cuma ada beberapa jeep saja yang berbarengan menuju Bromo, masih belum terlalu ramai. 
 
Wahhhhh akhir nya kesampaian juga berada di Bromo, jangan tanya gimana dingin nya di Bromo saat itu, sempat ke kamar mandi untuk buang air kecil tapi pas pegang air di ember rasa nya seperti memegang es batu yang baru keluar dari frezer.

Suasana di pos penanjakan satu masih sepi, ada satu dua pengunjung yang asik dengan camera nya mengabadikan suasana malam. Karna kami datang lebih awal maka waktu untuk menunggu sunrise lebih lama dibanding dengan pengunjung yang datang setelah kami.  

Sunrise Yang Menakjubkan
Ada sebuah fakta di gunung, jadi kalau musim kemarau itu suhu di gunung akan sangat dingin, tapi kalau di musim hujan tidak se-dingin musim kemarau, dan saat itu kami datang di musim kemarau yang membuat dingin nya jadi bertubi tubi. 
 
Ini adalah pengalaman pertama gue main di gunung (sebelumnya sudah ke gunung Tangkuban Prahu). Jadi persiapan nya juga biasa saja karna gue menganggap bahwa kondisi Bromo tidak jauh berbeda dengan Gunung Tangkuban Prahu tapi ternyata anggapan itu akhirnya membuat gue harus menggigil kedinginan di gunung. 
 
Persiapan yang kurang seperti tidak membawa cemilan, tidak membawa minuman hangat (hanya membawa satu buah susu kotak), tidak memakai kaos kaki dan sarung tangan yang tebal dan memakai celana yang tipis. Padahal kedinginan yang berkepanjangan itu bisa membuat Hypotermia dan bisa fatal akibatnya tapi bersyukur semua aman aman saja dan ini jadi pengalaman berharga buat gue ketika naik gunung lagi nantinya.

Kondisi kedinginan ini kami alami berjam jam sambil menunggu sunrise, duduk gemetaran di bangku pos penanjakan sambil terus melihat jam di tangan berharap matahari nya segera muncul biar bisa membawa kehangatan. Pengunjung pun mulai berdatangan, tempat yang tadinya sepi mulai ramai. Bahkan ada anak kecil yang terus menerus menangis karna kedinginan dan itu sangat merepotkan orang tuanya. 
 
Karna hari itu long week end maka pengunjung sangat ramai sehingga suasana jadi berisik tapi sunrise yang ditunggu tunggu belum muncul juga dan gue sudah gak kuat lagi menahan dingin, demikian juga dengan teman teman gue.

Pemandangan dari pos penanjakan ini sangat sangat indah, pengunjung bisa melihat lautan awan putih berjalan dan penampakan beberapa gunung seperti gunung Semeru dan gunung gunung lainnya yang luar biasa indah. 
 
Setelah menunggu lama akhir nya yang dinanti nanti pun datang, tepat pada pukul 06.00 warna orange muncul di garis langit menandakan mentari segera datang, lautan awan yang tadinya berwarna putih berubah jadi orange demikian juga gunung Semeru dan sekitarnya. Mendadak badan gue jadi hangat apalagi ketika melihat para pengunjung yang sibuk dengan camera nya untuk berfoto foto.

Ini adalah pertama kali nya gue melihat sunrise di gunung, pemandangan yang sangat indah. Tidak sia sia semua perjuangan untuk menuju tempat ini, rasa capek dan dingin mendadak hilang melihat fenomena alam ini, melihat ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa, hanya bisa bersyukur dan bersyukur Terima Kasih Tuhan. Moment ini harus diabadikan dengan berfoto, walau sedikit terganggu dengan banyak nya pengunjung sehingga untuk berfoto saja harus berdesakan dan antri.

Sunrise yang indah


Menuju Kawah Gunung Bromo
Tujuan kami selanjutnya setelah melihat sunrise adalah kawah Bromo kami langsung bergegas menuju jeep, dan karna kami sampai di penanjakan lebih cepat dari yang lain maka sang supir bisa memarkirkan jeep lebih dekat dari pos penanjakan. Beberapa jeep yang tidak kebagian parkir diatas harus parkir sangat jauh dibawah dan itu cukup memberatkan penumpang karna harus berjalan jauh baik naik maupun turun. 
 
Setelah jeep sampai di lokasi parkir, ternyata disitu sudah banyak juga jeep yang terparkir. Oiya waktu itu kami dapat supir jeep yang baik dan enak diajak ngobrol, umurnya sekitar 50-an tahun cuma sudah lupa lagi namanya siapa hehe.

Parkiran Jeep


Dekat lokasi parkir ada beberapa warung penjual makanan dan minuman hangat, teman teman gue sempat sarapan dan ngopi tapi gue melewatkan waktu sarapan itu karna tidak ngerasa nyaman saja dengan lingkungan nya (angin kencang, pasir, kotoran kuda). Padahal dengan kondisi badan yang capek dan udara yang dingin harus nya disempatkan untuk sarapan dan minum yang hangat agar badan tetap fit dan tenaga juga pulih.

Jarak antara parkir-an jeep dengan kawah Bromo itu kurang lebih 2 km, dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 1 jam (santai sambil foto foto) atau bisa juga dengan naik kuda yang tentunya membuat pengunjung lebih cepat sampai ke tujuan.
 
Udara pagi itu cukup terik padahal baru jam 7 pagi, matahari seolah olah berada tepat di atas kepala tapi udara nya juga dingin, nah loh! Karna musim kemarau dan sudah lama tidak turun hujan maka keadaan di Bromo jadi kering, ketika angin tiba tiba bertiup maka pasir pasir dijalur ikut beterbangan sehingga harus memakai masker agar tidak mengganggu pernafasan.

View Gunung Batok

Setelah berjalan melewati padang pasir kami harus menaiki puluhan anak tangga lagi menuju kawah yang lumayan menguras tenaga. Dan di perjalanan menuju tangga ini kondisi badan gue sempat drop dan hampir saja menyerah tidak melanjutkan perjalanan ke kawah. Ini akibat kelelahan dan juga belum sarapan yang membuat badan gue jadi lemas, tapi teman gue terus ngasih semangat hingga akhirnya sampai juga di kawah Bromo. 
 
Pemandangan yang luar biasa sekaligus mengerikan melihat kawah aktif Bromo yang sewaktu waktu bisa erupsi. Setelah berfoto dan asap mulai keluar dari kawah maka kami dan pengunjung lain segera turun.

Tangga Menuju Kawah

Kawah Bromo

Pasir Berbisik Tapi Tidak Terdengar Bisikannya
Dikawasan Bromo ada sebuah padang pasir yang dijuluki dengan Pasir Berbisik, kenapa dinamakan dengan pasir berbisik ternyata saat suasana lagi hening, suara angin yang menyapu padang pasir itu terdengar seperti berbisik sehingga dinamakan dengan Pasir berbisik.

Oiya ditempat ini beberapa tahun lalu pernah jadi tempat pembuatan film dengan judul “Pasir Berbisik” yang dibintangi oleh Dian Sastro dan Christine Hakim. Dan karna rasa penasaran yang tinggi  gue juga coba untuk mendengar suara berbisik itu, gue mendekatkan telinga ke pasir tapi tidak terdengar apa apa selain bunyi jeep yang lewat, gagal.

Dan karna kami berada di padang pasir maka siap siap saja diterpa oleh debu pasir yang berterbangan, hal ini sempat membuat camera gue rusak kemasukan debu dan akhirnya harus dibawa berobat.  
 
Pasir Berbisik


Bukit Teletubies Yang Berubah Warna
Selanjut nya kami menuju Bukit teletubies. Selama ini kita melihat di film anak anak Bukit Teletubies identik dengan bukit yang berwarna hijau dan segar dipandang, tapi saat itu apa yang kami lihat hanyalah hamparan rumput dan tanaman yang berwarna coklat alias kering kerontang. Yup saat itu sudah memasuki bulan kemarau sehingga tanaman yang ada menjadi kering dan berwarna coklat, tapi itu tidak mengurangi keindahan Bromo kok.

Di kondisi kering seperti ini baiknya para pengunjung yang terbiasa merokok untuk tidak membuang puntung rokok nya sembarangan karna hal hal yang seperti ini lah yang nantinya akan memicu kebakaran lahan. Dan kalau hal itu terjadi maka akan merepotkan semuanya. Keindahan alam akan rusak, ekosistem terganggu dan tempat wisata akan ditutup sementara waktu. Jadi mari kita menjaga lingkungan sekitar kita, asekkk

Bukit Teletubies

Turun Gunung Membawa Kenangan
Turun dari kawasan Bromo di siang hari kami baru tau ternyata jalur yang ditempuh itu lumayan seram juga karna kanan kiri jalan adalah jurang yang dalam, tapi karna para supir jeep tersebut sudah berpengalaman jadi hal ini hal biasa bagi mereka.

Dalam perjalanan turun dapat info dari teman (kenalan waktu di kereta) yang saat itu juga ke Bromo, ternyata mereka gagal dapat moment sunrise di penanjakan karna jeep yang membawa mereka tidak menemukan jalur ke pos penanjakan dan mereka cuma berputar putar di kawasan padang pasir dalam kegelapan hingga pagi menjelang. Kata supir kami hal ini bisa saja terjadi tapi sangat jarang dan kebetulan saja mereka kurang beruntung.

Siang itu kondisi badan sudah benar benar capek tapi sangat bersyukur bisa menikmati golden sunrise dan pemandangan yang menakjubkan di kawasan Bromo.
 
Jadi gimana Bromo itu indah kan? Tak kandani ora percoyo, Indonesia itu indah loh.

Comments

Popular Posts