Dieng Negri Di Atas Awan

Penikmat ketinggian

LangkahDerofa - Ketika pulang liburan dari Bromo beberapa waktu yang lalu, muncul keinginan untuk menikmati sunrise yang indah di daerah Dieng tepatnya di bukit Sikunir. Tempat ini merupakan tempat yang bagus juga untuk menikmati sunrise, bahkan katanya golden sunrise nya terbaik se Asia Tenggara. Yup pengen kesana dan harus kesana, tapi belum tau kapan dan sama siapa. Ketika ngajakin teman, selalu saja ada alasan dari mereka yang membuat gue harus gagal ke Dieng, emang susah sih ya ngumpulin massa.

Sampai akhirnya ada teman yang ngajak ke Dieng langsung gue jawab oke (type orang yang gampang diajak hehe), padahal teman gue dan rombongan nya itu anak anak gunung dan mereka berencana untuk naik gunung Prau bukan ke Sikunir, nah loh? Akhirnya setelah tanya jawab sama teman akhirnya gue tetap ikut bareng mereka nanjak ke gunung Prau.

Pengalaman Pertama Naik Gunung
Tiket kereta sudah ditangan dan masih ada waktu satu bulan lagi untuk persiapan, gue mulai mencari info dari mbah google tentang tips tips naik gunung dan semua yang berhubungan dengan gunung. Karna di otak gue yang namanya naik gunung itu sesuatu yang berisiko tinggi jadi harus mempersiapkan diri dengan matang. 
 
Selain itu gue juga jadi rutin ber olahraga dengan jogging dan selalu konsultasi dengan teman gue secara pribadi maupun di grup mengenai persiapan perlengkapan dan sebagainya, pokoknya se detail mungkin, maklum pemula.

Sabtu itu kami sudah berada di stasiun Senen menuju stasiun Purwokerto, kalau ditanya gimana perasaan gue waktu itu wah campur aduk, bahkan sempat berpikir untuk mundur saja karna ragu akan kemampuan sendiri, takut malah jadi beban buat orang lain tapi dukungan dari teman bikin gue semangat lagi. Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama sampai juga di Puwokerto dan saat itu sudah malam hari. 

Rombongan kami yang berjumlah lima belas orang itu men-carter angkot yang akan mengatar kami langsung ke Dieng, sempat istirahat dulu di jalan untuk makan malam mengisi perut. 
Dari rombongan yang lima belas orang itu hanya dua orang yang gue kenal, sementara yang lain nya baru kenal di stasiun, tapi anak anak nya pada asyik semua. Beberapa dari mereka juga ada yang baru pertama kali naik gunung, yess ada yang senasib dengan gue hehe.

Angkot yang membawa kita dari stasiun Purwokerto ke Dieng

Stasiun Purwokerto

Sampai di Dieng tepatnya di Patak Banteng kami mampir ke rumah salah seorang warga Dieng bernama Pak Arifin, di rumah bapak ini kami beristirahat sebentar sambil disuguhi minuman hangat sekalian packing ulang, sebagian barang di titip dirumah pak Arifin.

Naik Naik Ke Puncak Gunung
Pada pukul 02.30 dini hari kami memulai pendakian dan saat itu gue semangat banget. Pada jam itu suasana masih gelap dan udara sangat dingin, lalu sebelum mulai mendaki kami berdoa lebih dulu supaya diberi kelancaran dan keselamatan selama pendakian. 
Wah ini pengalaman baru buat gue yaitu mendaki gunung. Oiya hari itu kebetulan libur panjang jadi pendaki yang naik ke Prau ramai banget baik yang camping maupun yang sistem tek tok (gak camping), jalur pendakian sudah seperti jalanan pasar macet dan antri. 

Gunung Prau ini mempunyai ketinggian 2.565 Mdpl dan merupakan gunung yang cocok untuk pendaki pemula karna waktu tempuh  nya tidak terlalu lama sampai di puncak. Jadi setiap weekend, long week end dan tujuh belasan gunung ini sudah pasti ramai, kaya sekarang ini.

Salut sama teman teman rombongan, mereka saling peduli satu dengan yang lain, kalau ada satu orang yang capek maka semua ikut berhenti, tidak ada yang egois dan merasa lebih hebat dari yang lain, gak ada yang namanya senior junior, luar biasa pokoknya. 
Kami masih semangat untuk nanjak dengan beban di punggung, udara dingin yang menemani serta kondisi gelap belum berlalu, melewati pos demi pos bahkan gerimis sempat turun yang membuat jalur menjadi becek dan licin.

Puncak bentar lagi, semangat

Akhirnya kami sampai juga di puncak Prau, gunung pertama gue, capek sudah pasti tapi semua terbayar dengan pencapaian gue ke puncak. 
Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi, tapi sayang nya hari itu gunung Prau diselimuti kabut tebal, kami gak bisa menikmati sunrise dan penampakan gunung Sindoro Sumbing pun tidak terlihat, padahal banyak yang berharap bisa berfoto dengan background Sindoro Sumbing, kecewa sih pasti tapi namanya kondisi alam gak bisa di tebak. Kondisi berkabut ini masih berlanjut sampai siang hari bahkan sampai kami turun gunung.

Aku, Kabut Dan Savana

Di puncak kondisinya sangat ramai sekali dengan tenda warna warni, dan karna kami datang pagi/telat agak susah nyari lapak buat bangun tenda, kami mendirikan tenda sekedar beristirahat setelah lelah mendaki sampai siang nanti turun kembali. 

Selesai sarapan saatnya berfoto foto walaupun kondisi masih berkabut yang penting ada dokumentasi. Karna masih capek dan ngantuk beberapa dari kami masuk kd tenda dan tidur, pengalaman pertama juga nih buat gue tidur di tenda di gunung pula.

Camping ground

Aktivitas pagi hari

Puncak yang berkabut

Selesai makan siang akhirnya kami turun gunung, tidak lupa membawa turun sampah sisa makanan dan minuman. Waktu untuk turun lebih cepat daripada naik, tapi kami santai saja di perjalanan sambil menikamati pemandangan alam. Jalur naik dan jalur turun hari itu sangat ramai.

Kami kembali ke rumah pak Arifin lagi dan saatnya bersih bersih, air yang dingin bikin malas mandi jadi ganti baju sama cuci muka saja. Minggu malam rombongan teman teman kembali ke Ibukota dan gue ber empat masih tinggal di rumah Pak Arifin, masih pengen menikmati Dieng lagi.

Menjelajah Dieng Bersama Pak Arifin
Esok paginya kedua teman gue berangkat menuju bukit Sikunir untuk melihat sunrise dan gue berdua masih belum bangun ketika mereka berangkat, tapi mereka kurang beruntung karna pagi itu Sikunir juga berkabut, gagal sunrise deh.

Hari itu kami akan ke Telaga Warna dan Batu Ratapan, kali ini kami di guide-in sama pak Arifin lewat jalan pintas melewati kebun kentang warga, walaupun jalurnya nanjak tapi pemandangan nya indah. Kaki juga masih pegal habis naik gunung kemarin. Oiya karna kami lewat jalur belakang maka tidak bayar tiket masuk. 
 
Telaga Warna ini adalah sebuah danau dan kenapa diberi nama Telaga Warna karna warna air nya suka berubah atau berganti warna, dan saat itu telaga nya berwarna hijau.
Telaga Warna

Tujuan selanjutnya adalah Batu Ratapan Angin, batu yang berada di bukit dengan pemandangan telaga warna, batu ini jadi tempat favorit untuk berfoto sehingga kalau mau foto harus antri dulu. Kebayang kan lagi berfoto sambil diliatin banyak orang yang lagi ngantri heheh, modalnya cuma cuek aja. Cuaca saat itu masih berkabut tapi pemandangan masih indah.

Batu Ratapan Angin

Batu Pandang

Candi Arjuna
Kemudian kami beranjak ke Candi Arjuna dan kali ini naik motor bareng pak Arifin, dan lagi lagi kami tidak bayar tiket masuk karna lewat jalan belakang jalan yang sering dilalui warga setempat, gratis lagi. Perjalanan menuju candi sempat diguyur hujan dan bahkan waktu di candi pun masih gerimis, dingin banget tapi masih semangat.

Candi Arjuna

Candi Arjuna ini merupakan komplek Candi Hindu dan di sini terdapat beberapa candi lain nya. Di komplek ini setiap tahun nya sering dipakai untuk acara Dieng Festival Culture yang salah satu acara nya adalah pemotongan rambut anak gimbal, keren kan. 

Dieng ini mempunyai julukan Negri Diatas Awan tapi hari itu Dieng diselimuti kabut, itu artinya gue harus kembali lagi kesini melihat Negri Diatas Awan itu.

Comments

Popular Posts